RAMADAN DI PONPES LIRBOYO

Santri bersiap-siap mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Seorang santri melintas di balik dinding asrama Kompleks Ponpes Lirboyo.
Sejumlah santri melintas di halaman Kompleks Ponpes Lirboyo.
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Santri mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Santri mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Sejumlah santri tidur siang bersama di dalam kamar asrama Kompleks Ponpes Lirboyo.
Buku para santri yang tertata di lemari asrama Kompleks Ponpes Lirboyo.
Santri bersiap-siap mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Sejumlah santri makan bersama saat berbuka puasa di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Santri mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di Kompleks Ponpes Lirboyo.
Sejumlah santri berpose di dalam kamar asrama Kompleks Ponpes Lirboyo.
Santri berwudu di Kompleks Ponpes Lirboyo.

Bagi masyarkat Jawa Timur, Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo yang berdiri sejak 1910 dan terletak di Kota Kediri, Jawa Timur merupakan salah satu pusat pendidikan agama Islam terbesar di Indonesia.

Puluhan ribu santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, datang ke Ponpes yang lebih dikenal dengan pola pendidikan yang tradisional itu untuk belajar dan mendalami agama Islam.

Pada Bulan Ramadan, Ponpes yang dulunya terkenal angker dan dijadikan sarang penyamun tersebut menjadi salah satu tempat tujuan bagi santri atau pun mereka yang ingin mendalami Islam selama bulan Ramadan.

Walaupun kegiatan pendidikan tidak seperti pada hari biasanya, di bulan Ramadan, para santri ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengaji, terkadang mereka hanya tidur sekitar dua jam sehari.

Seperti yang dikisahkan Wahyudin (27 tahun) asal Trenggalek, Jawa Timur, pada bulan Ramadan dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengaji Kitab Kuning mulai dari pagi hingga malam setelah tarawih, terkadang dia tertidur pada saat mengaji karena kelelahan.

Bagi dia hidup di Ponpes itu menyenangkan. Setiap harinya mereka melakukan kegiatan bersama baik makan, mandi, tidur, mengaji atau pun berangkat untuk salat.

Di pondok itu, mereka tinggal di asrama yang dikelompokkan berdasar daerah asal. Satu kamar yang luasnya sekitar 4 meter x 3 meter tersebut dihuni hingga sekitar 20 santri bahkan lebih.

Pada bulan Ramadan, mereka dapat tidur leluasa dibanding hari biasanya karena beberapa santri memilih untuk kembali ke kampung halamannya dan sebagiannya memilih tinggal di pondok itu.

Walaupun demikian, kebersamaan mereka tetap terjaga dan memiliki harapan yang sama yakni kelak ilmu agama yang mereka dapat di pondok itu dapat diajarkan kepada masyarakat di kampung halamannya.


Foto dan Teks: Zabur Karuru

Pewarta: Zabur Karuru | Editor:

Disiarkan: 05/06/2017 06:00