NAPAK TILAS PANCASILA DI KOTA ENDE

Warga mengikuti upacara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Lapangan Pancasila, Kota Ende, NTT.
Napak tilas perjalanan Bung Karno saat diasingkan ke Ende, NTT.
Warga mengikuti napak tilas perjalanan Bung Karno saat diasingkan ke Ende pada tahun 1934-1938 di Kota Ende, NTT.
Dengan menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah para wanita ini mengikuti upacara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Kota Ende, NTT.
Warga berpakaian adat mengikuti upacara peringatan Hari Kelahiran Pancasila Kota Ende, NTT.
Tiga pelajar mengenakan pakaian adat Ende sambil memegang bendera Merah Putih berpose jelang upacara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Kota Ende, NTT.
Anak-anak Ende mengenakan pakaian adat sambut Hari Kelahiran Pancasila di Lapangan Pancasila, Kota Ende, NTT.
Poster Bung Karno dan tulisan berupa seruan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" di Lapangan Pancasila, Kota Ende, NTT.
Patung Bung Karno dan pohon Sukun di Taman Perenungan Bung Karno, Kota Ende, NTT.
Sejumlah kapal nelayan mengikuti parade laut memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Kota Ende, NTT.
Sebuah kapal nelayan yang dihiasi dengan sejumlah bendera merah putih mengikuti parade laut memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Kota Ende, NTT.
KRI Multatuli 561 turut memeriahkan napak tilas perjalanan Bung Karno saat diasingkan di Kota Ende, NTT.

Sebuah pohon sukun bercabang lima tumbuh subur di antara sejumlah pohon lainnya di samping lapangan Pancasila di Kota Ende di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di samping pohon sukun tersebut terdapat patung diri Presiden Soekarno, kepala negara RI yang pertama.

Patung itu sengaja dibuat dan ditempatkan di dekat pohon sukun untuk mengenang saat-saat sang proklamator sekaligus bapak bangsa itu duduk dan merenungkan falsafah negara yang kelak melahirkan butir-butir Pancasila sebagai dasar negara Indonesia hingga saat ini.

Bukanlah tanpa alasan jika pemerintah daerah Ende kemudian menamakan tempat tersebut dengan nama "Taman Perenungan Bung Karno", dan menjadikan lokasi itu sebagai bagian dari sejarah.

Ende merupakan tempat bersejarah bagi lahirnya Pancasila. Di bawah pohon sukun bercabang lima itu, Bung Karno mendapatkan gagasan dan buah pemikiran tentang Pancasila.

Dari tahun 1934-1938 dalam pengasingan di Ende yang jauh dari aktivitas politik, Bung Karno banyak meluangkan waktu bercengkerama dengan masyarakat setempat. Bung Karno disebutkan menyarikan pikirannya bahwa bangsa yang kuat harus dibangun dengan pondasi ideologi yang kuat.

Untuk mengenang perjuangan bapak bangsa itu, pemerintah Ende menggelar napak tilas perjalanan Bung Karno saat diasingkan ke Kota Ende oleh kolonial Belanda.

Napak tilas dimulai dengan menggelar Parade Laut 100 perahu yang mengiring KRI Multatuli 561 menuju pelabuhan yang dinamakan "Pelabuhan Bung Karno".

Tak hanya itu, usai Parade Laut dilakukan Parade Kebudayaan yang diikuti seluruh masyarakat di Kota itu, dengan menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah, mulai dari NTT, sampai Jawa.

Masyarakat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur sendiri sudah mencerminkan kebhinekaan, meski terdiri dari berbagai ragam suku dan agama, mereka senantiasa menjunjung toleransi atas perbedaan tersebut.


Foto dan Teks: Kornelis Kaha

Pewarta: Kornelis Kaha | Editor:

Disiarkan: 21/06/2017 18:00