PESONA GUNUNG BERAPI PAPANDAYAN

Suasana pemandangan Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sejumlah tenda pencinta alam berkemah di Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Bunga abadi atau bunga edelweis tumbuh di Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pendaki atau pencinta alam menaiki bukit terjal menuju Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Suasana pemandangan Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Suasana pemandangan kawah Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Jejak sepatu para pendaki atau pencinta alam di Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Suasana pemandangan Hutan Mati Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Suasana pemandangan Hutan Mati Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pencinta alam menikmati suasana malam hari di Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Para pencinta alam bermukim di tendanya pada malam hari di Gunung Papandayan, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Papandayan merupakan gunung api di Priangan Selatan, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang telah diklasifikasikan sejak zaman penjajahan Belanda sebagai gunung aktif cukup berbahaya karena letusan terjadi sejak dahulu kala membuat wujud gunung seperti potongan tapal kuda.

Gunung Papandayan setinggi 2.665 mdpl memiliki pemandangan yang eksotik dengan panorama Gunung Guntur dan Gunung Cikuray yang menjulang menembus langit sehingga menjadi magnet bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung dan bermukim di tempat tersebut.

Untuk mencapai Gunung Papandayan terdapat dua akses yaitu dari Cisurupan dan Pangalengan, Kabupaten Bandung, namun untuk akses jalur Pengalengan, dibutuhkan kendaraan yang mumpuni untuk mengatasi treknya serta dibutuhkan pemandu jalan dengan waktu tempuh 4-5 jam berjalan kaki.

Di gunung itu terdapat empat kawah istimewa yang terbentuk alami akibat letusan di masa silam yaitu Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Sementara di kawasan Tegal Alun-alun yang telah lama mati dan berubah menjadi padang terbuka terdapat kawah tertua, dengan dindingnya yang membentuk kompleks pegunungan serta mata air yang menjelma menjadi Sungai Ciparugpug.

Pada ketinggian 2288 mdpl, terdapat tempat savana yang sangat luas dan indah atau dinamakan padang rumput atau Pondok Saladah yang memiliki luas delapan Hektare.

Aktivitas vulkanis yang terjadi selama beratus-ratus tahun telah menghasilkan bentuk-bentuk alam menakjubkan seperti kerucut gunung api, kawah, singkapan bebatuan dan struktur-struktur baru berupa curug (air terjun), danau, mata air panas, lubang semburan uap panas dari dalam tanah, kolam-kolam mendidih dan endapan belerang berwarna kuning yang menyatu dengan bentang alam yang dipenuhi batuan berserakan dan dataran-dataran terbuka yang diselimuti rerumputan dan tumbuhan edelweis yang indah maupun hutan-hutan tua berbalut lumut yang menakjubkan.

Di tempat itu juga terdapat Hutan Mati atau dead forest yang merupakan kawasan dengan pesona mistis sekaligus romantis yang didominasi dengan pohon kerdil seperti cantigi gunung yang kering imbas dari beberapa kali Gunung Papandayan mengalami erupsi, dan membentuk area gunung purba.

Pasca letusan, area ini mulai kembali menampakkan tanda-tanda kehidupan. Akar-akar pohon kerdil menggeliat menampakkan kehidupannya, dengan lumut-lumut yang mulai membalut ranting-ranting mengering.

Papandayan dengan semua keindahannya telah menjadi salah satu tujuan wisata alam utama di Jawa Barat bagi turis lokal maupun mancanegara yang menginginkan pengalaman intens dengan alam.


Foto dan Teks: Adeng Bustomi

Pewarta: Adeng Bustomi | Editor:

Disiarkan: 02/08/2017 00:00