MENERJANG BAHAYA DEMI EMAS

Foto udara lokasi penambangan emas tradisional di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Penambang emas tradisional memperlihatkan batu yang mengandung bijih emas di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Penambang emas tradisional memecahkan batu yang mengandung bijih emas di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Seorang penambang emas tradisional memperlihatkan butiran emas yang sudah terpisah dari tanah dan batu di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Penambang emas tradisional berada di dalam lubang penambangan di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Penambang emas tradisional berada di dalam lubang penambangan di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Dua penambang emas tradisional berada di dalam lubang penambangan di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Dua penambang emas tradisional berada di dalam lubang penambangan di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Sepasang sepatu yang dipergunakan oleh para penambang emas tradisional di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Tumpukan batu yang mengandung bijih di penambangan emas tradisional di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Sejumlah penambang emas tradisional beristirahat di pondok penambangan di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.
Lokasi penambangan emas tradisional di Desa Sukamenang, Muratara, Sumatera Selatan.

Untuk menyambung hidup, para penambang emas tradisional yang ada di Desa Sukamenang, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan harus rela menembus lorong-lorong bawah tanah hingga puluhan meter untuk menjumput bijih-bijih emas di bebatuan bawah tanah.

Aktivitas penambang emas tradisional sangat berbahaya bagi para penambang karena hanya dibantu alat penerangan seadanya dan "blower" yang menyuplai oksigen tambahan saat berada di dalam lubang galian.

Kerap kali disaat menambang dan memasuki ratusan meter lorong tanah yang sudah dikeruk, bencana seperti tanah longsor terjadi. Hal itu yang sering ditakutkan para penambang emas tradisional, namun untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal-hal yang membahayakan nyawa kerap tidak dihiraukan. Beberapa kali penambang ada yang tewas akibat tertimbun tanah longsor galian ataupun kehabisan oksigen saat berada di dalam lubang galian.

Untuk mendapatkan emas tersebut, bagi mereka sangatlah mudah ditemukan dalam batu-batuan yang terlihat dari ciri-ciri guratan batu (urat emas). Kemudian, setelah mendapatkan batu tersebut lalu dihancurkan dan diolah di tempat pengumpulan bijih emas dengan cara digiling menggunakan alat dan dicampur air raksa. Sehingga, ketahuan antara batu, tanah dan bijih emas.

Emas hasil penambangan tradisional tersebut dijual ke pengepul dengan harga berkisar Rp200 ribu per gram, Pendapatan per hari sebagai pendulang emas memang tidak menentu. Rata-rata sehari dapat 20 gram emas yang dijual Rp5 juta. Namun, ada kalanya seharian mencari tidak dapat emas.

Walaupun pekerjaan sebagai penambang emas tradisional cukup berbahaya, namun mereka terus melakukan karena penghasilan yang didapat cukup menjanjikan untuk menunjang kelangsungan kehidupannya.


Foto dan Teks: Nova Wahyudi

Pewarta: Nova Wahyudi | Editor:

Disiarkan: 04/08/2017 02:00