SEREN TAUN DI LERENG CEREMAI
Pagi itu di Desa Cisantana ratusan warga bersiap membawa hasil bumi mereka ke pemuka adat di Cagar Budaya Nasional Bale Paseban Tri Panca Tunggal, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Puncak Seren Taun Cigugur Kuningan yang jatuh pada 22 Rayagung 1950 Saka Sunda, diwarnai serangkaian prosesi yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen kepada sang pencipta.
Acara puncak diawali dengan iring-iringan warga desa dengan pakaian adat membawa hasil bumi dan padi ke Bale Paseban, selanjutnya disambut penampilan Tari Buyung, yang ditampilkan para penari dengan membawa kendi di atas kepala dan kaki memijak kendi air. Tarian ini menggambarkan makna di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, sebagai manusia harus selalu menghormati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Pentas seni kemudian dilanjutkan oleh penampilan Angklung Buncis, yang melambangkan rasa hormat pada padi dengan harapan mendapatkan panen yang berlimpah dalam panen tahun berikutnya. Pada prosesi puncaknya, ribuan masyarakat melakukan penumbukan padi secara bersamaan di Lumbung Paseban sebagai pemupuk sikap gotong royong serta simbol pemersatu berbagai masyarakat adat.
Prosesi Seren Taun telah ada sejak zaman Sunda kuno yang awalnya sebagai simbol penghormatan kepada Nyi Pohaci Sanghyang Asri, seorang Dewi Padi pada kepercayaan Sunda kuno. Nyi Pohaci Sanghyang Asri dipercayai sebagai dewi pembawa kesuburan serta kemakmuran di ranah mitologi Sunda kuno.
Hingga kini acara Seren Taun terus dilestarikan, sebagai bentuk budaya adat warisan leluhur yang masih berkembang di masyarakat Sunda. Sebagai salah satu kegiatan budaya, Seren Taun telah menjadi salah satu kegiatan yang menarik bagi wisatawan, terutama yang ingin lebih mengerti lebih dekat dengan kebudayaan Sunda.
Foto dan Teks: Dedhez Anggara
Pewarta: Dedhez Anggara | Editor:
Disiarkan: 19/09/2017 00:00