NESTAPA MUSLIM ROHINGYA

Pengungsi rohingya menggendong anaknya menuruni perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Bangladesh.
Pengungsi rohingya menaiki perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Bangladesh.
Pengungsi rohingya berjalan sambil membawa barang berharganya usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Bangladesh.
Pengungsi rohingya berjalan melintasi sungai usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Bangladesh.
Pengungsi rohingya menggendong ibunya menuruni perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Bangladesh.
Pengungsi rohingya berjalan sambil membawa barang berharganya usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Bangladesh.
Baju-baju yang ditinggalkan pengungsi Rohingya di lokasi bekas kamp penampungan sementara di Teknaf, Bangladesh.
Seorang pengungsi rohingya berjalan menggunakan tongkat di Kamp Pengungsian Kutupalong, Bangladesh.
Suasana tenda-tenda pengungsi di Kamp Pengungsian Thengkhali, Bangladesh.
Seorang pengungsi rohingya menjemur bajunya di Kamp Pengungsian Thengkhali, Bangladesh.
Puluhan pengungsi rohingya mengantre untuk mengambil bantuan di Kamp Pengungsian Jamtoli, Bangladesh.
Seorang pengungsi rohingya mandi di Kamp Pengungsian Thengkhali, Bangladesh.
Pengungsi Rohingya Aisha Begum menggendong anaknya Hashina yang baru berusia 4 hari di Kamp Pengungsian Thengkhali.
Seorang wanita pengungsi rohingya menggendong anaknya di Kamp Pengungsian Kutupalong, Bangladesh.

Duka warga muslim Rohingya seperti tak berujung, puluhan tahun mereka mengalami upaya pengusiran paksa dari tempat tinggal mereka di Arakan, bagian wilayah Rakhine di Myanmar Barat yang berbatasan dengan Bangladesh.

Sejarah mencatat, berkali-kali warga muslim minoritas melakukan eksodus dari Myanmar untuk menyelamatkan diri. Bahkan pada tahun 2012 hingga 2014, Human Right Watch mencatat setidaknya 300.000 orang mengungsi akibat konflik berdarah di Rakhine.

Namun itu bukanlah akhir dari kisah sedih warga Rohingya. Eksodus lebih besar kembali terjadi saat 25 Agustus lalu, pemerintah Myanmar melakukan operasi militer di kawasan Rakhine dengan dalih untuk melakukan balasan terhadap serangan Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan (ARSA) yang menyerang sejumlah pos polisi.

Operasi militer itu menyisakan kisah tragis bagi warga muslim, setiap harinya, warga mendapatkan persekusi baik dari militer maupun warga Myanmar yang tidak suka keberadaan mereka. Dimulailah tragedi kemanusiaan, pembakaran rumah, penjarahan, pemerkosaan dan pembunuhan. Bahkan PBB menyebutkan tragedi itu menyebabkan "skala penderitaan di Rakhine tidak terbayangkan".

Menghidari perlakuan tidak manusiawi itu warga melakukan eksodus besar-besaran ke Bangladesh. Lebih dari 500.000 warga Rohingya menyeberang ke Bangladesh hanya dalam waktu lima pekan, dan terus berdatangan setiap harinya.

Di Bangladesh mereka ditampung di kamp-kamp pengungsian dengan kondisi yang serba terbatas. Kelaparan, keterbatasan tenda darurat dan air bersih serta ancaman penyakit akibat lingkungan dan sanitasi yang buruk terus menghantui kehidupan mereka.

Meskipun menghadapi semua keterbatasan, eksodus tetap menjadi pillihan paling logis, karena mereka menghadapi ancaman kematian setiap saat jika tetap bertahan di tanah kelahirannya.


Foto dan Teks: Akbar Nugroho Gumay

Pewarta: Akbar Nugroho Gumay | Editor:

Disiarkan: 26/10/2017 10:00