MENJAGA ASA KERAMIK PASUNDAN

Pengrajin menyusun keramik yang akan dibakar di industri rumahan keramik, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengrajin memproduksi kerajinan keramik di sentra industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Sketsa ukuran kerajinan keramik untuk diproduksi di industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengrajin memproduksi keramik ukuran besar di industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengrajin memproduksi keramik ukuran besar di industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengrajin memproduksi kerajinan di sentra industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengrajin memproduksi kerajinan di sentra industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengrajin mewarnai keramik di sentra industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Susunan kerajinan keramik yang telah dicat di industri rumahan keramik, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Pedagang berkeliling menjual kerajinan keramik di kawasan Desa Anjun, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Aplikasi online untuk memasarkan kerajinan keramik Risman Wijaya di Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Konsumen melihat keramik yang dijual di sentra industri keramik Mustika Bunda, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.

Keberadaan kerajinan keramik di Plered di tanah Pasundan mempunyai sejarah panjang, dalam Babad Cirebon mengabarkan bahwa sejak abad ke-15 sudah tercatat keberadaannya dan diperkuat catatan pemerintah kolonial Belanda yang menyebut bahwa industri keramik di kawasan Plered sudah ada sejak tahun 1795.

Industri kerajinan keramik yang ada di Desa Anjun, Plered, Purwakarta, Jawa Barat saat ini terbagi dua, kelompok industri besar yang menyasar pasar ekspor dan industri rumahan untuk pasar dalam negeri. Industri keramik besar seperti Risman Wijaya milik Haji Eman Sulaeman dan Mustika Bunda, mampu mengekspor produknya hingga Amerika, Inggris, Dubai, Qatar dan Kolombia.

Sedikitnya 5000 unit pada tahun 2014 berhasil diekspor ke luar negeri. Menurut data UPTD Litbang Keramik Plered, saat ini ada 221 unit usaha kerajinan yang ada di kawasan itu dan makin menurun jumlahnya dibanding rentang 2009-2012 yang mencapai 286 unit usaha.

Penurunan itu disebabkan karena berkurangnya permintaan, baik pasar domestik ataupun ekspor sehingga banyak perajin yang beralih bidang usahanya. Selain itu regulasi baru dari negara pengimpor juga sangat menyulitkan para pengrajin ditambah dengan kurangnya media promosi.

Para pengrajin dan pemilik industri keramik percaya jika pemerintah Indonesia akan membantu mencari solusi dari persoalan tersebut, mereka juga berharap pemerintah gencar menggelar pameran baik lokal maupun internasional.

Mereka juga berhadap adanya bantuan pelatihan dari pemerintah untuk menggunakan teknologi komunikasi modern termasuk sosial media untuk membantu promosi produknya agar lebih efektif. Semua upaya itu pada akhirnya akan mampu membangkitkan asa dan menjaga kualitas keramik tertua di Indonesia tersebut.


Foto dan Teks: Novrian Arbi

Pewarta: Novrian Arbi | Editor:

Disiarkan: 26/10/2017 21:00