Pesan dari Selatan
Sekelompok pelajar berjalan melintasi jembatan kecil persis di bawah lengkungan pipa baja mengkilat dan kokoh. Mereka melangkah pasti dipayungi langit cerah dengan latar belakang bukit hijau. Paparan di atas sedikit menggambarkan sebingkai foto poster untuk pameran fotografi "Nouveaux Regards sur le Sud". Ia menyiratkan harapan atas interaksi antara teknologi canggih, kekayaan alam dan pelajar sebagai pemilik masa depan.
Keseharian pelajar di sekitar situs geothermal (panas bumi) di Tomohon, Sulawesi Utara, dijepret dengan cermat oleh Jean Gaumy, fotografer gaek Perancis dari agensi foto Magnum. Foto tersebut melengkapi dua puluh foto karyanya yang dipamerkan di Institut Francais Indonesia di Jakarta yang berakhir pada minggu kedua Februari 2012.
Lembaga pembiayaan publik Badan Pembangunan Prancis (AFD) bergerak di bidang pemberantasan kemiskinan dan membantu pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Memperingati 70 tahun eksistensinya, AFD bersama agensi foto prestisius, Magnum Photos, memamerkan foto tujuh proyek pembangunan lokal yang dibiayai oleh AFD di seluruh dunia.
Indonesia menjadi salah satu bidikan proyek itu selain Burkina Faso, Kamboja, Guinea, Kolombia, Mauritania dan Palestina. Semuanya mewakili belahan bumi selatan yang selama ini dianggap masih kurang beruntung dibanding negara-negara di Utara. Para fotografer disebar ke tujuh negara tersebut untuk menafsirkan tema-tema terpilih melalui lensa kamera.
Melangkah masuk ke dalam ruang pamer, pengunjung disuguhi cuplikan-cuplikan gambar dari proyek di enam negara lainnya. Foto-foto itu ditopang dengan penyangga yang biasa dipakai sebagai alat bantu untuk melukis. Beberapa adalah karya Paolo Pellegrin, langganan penghargaan World Press Photo itu mengangkat isu air bersih dan sanitasi di Palestina.
Tema-tema yang diusung bukanlah sesuatu yang baru. Kesehatan, pendidikan, pertanian, air bersih dan sanitasi, iklim/lingkungan, perkotaan dan pertumbuhan adalah isu-isu yang senantiasa menggelayuti negara-negara di belahan selatan.
Cara pandangnyalah yang berbeda. Di bidang kesehatan, misalnya. Olivia Arthur, fotografer termuda dan satu-satunya wanita dalam penugasan ini tidak terjebak dalam stereotype. Alih-alih mengekspos masalah kelaparan dan penyakit di Afrika dengan pose anak kecil berwajah tirus, berperut busung dan bertulang rusuk menonjol, dia justru memotret upaya perbaikan fasilitas kebidanan bagi wanita hamil di Mauritania.
Bersambung ke ruang sebelahnya, dua puluh foto ditempel langsung pada tembok ruang pamer dengan cara yang sederhana. Kedua puluh foto itu bercerita khusus tentang isu perubahan iklim. Semuanya direkam di Indonesia oleh Gaumy. Titik perhatiannya terletak pada penghijauan dan pemanfaatan panas bumi sebagai alternatif sumber energi terbarukan. Pemotretan dilakukannya dalam tahun 2011 di daerah Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat.
Dengan perspektif yang lebih optimistik, fotografer melihat hutan bukan sebagai situs yang dikeramatkan, tidak boleh dijamah. Sebaliknya, hutan bisa dimanfaatkan untuk menopang ekonomi masyarakat asalkan dikelola dengan mempedulikan regenerasi sumberdaya. Gambar-gambar yang diambil di Kalimantan dan Sulawesi memperlihatkan kegiatan yang arif atas pembudidayaan tanaman jati.
Sedangkan energi terbaru kan disimbolkan dengan pemanfaatan energi panas bumi di Sulawesi dan Jawa Barat. Sumbermata air panas pun dapat dijadikan tempat wisata seperti di Ciater, Jawa Barat. Wisata seperti ini juga bisa menyuntikkan "energi baru" bagi pendapatan masyarakat lokal.
"Kita harus mengirim pesan yang akurat dan positif kepada dunia, bahwa perubahan iklim merupakan prioritas utama meski kita terbelenggu krisis finansial.
Kita tunjukkan kepada dunia bahwa bukanlah sesuatu yang mustahil bagi kita untuk memperbaiki perekonomian dunia dan menyelamatkan planet ini dalam waktu yang bersamaan," kata presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada konferensi G20 di Pittsburgh, 2009 lalu.
Pameran ini seolah menagih janji SBY untuk melestarikan lingkungan di Indonesia lewat pengurangan emisi gas buang. Kutipan itu menjadi acuan atas tema yang dipilih untuk proyek di Indonesia. Wajar saja, lantaran negara ini berada pada urutan ketiga sebagai penyumbang gas buang penyebab perubahan iklim planet bumi setelah Amerika Serikat dan Cina.
Isu perubahan iklim sedang menjadi topik hangat dunia dalam dekade ini. Apalagi saat ini Eropa tengah membeku akibat musim dingin yang ekstrim. Suhu teramat yang dingin itu bahkan telah memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
Bekunya Eropa menjadi bukti nyata bagi para kepala pemerintahan untuk bergeming atas masalah ini. Tetapi kali ini dengan cara pandang baru, semestinya si Selatan jangan lagi serta-merta dikambinghitamkan.
Secara bersamaan, dunia kini memang tengah bergerak ke arah kesetimbangan ekonomi baru berkat peran "tangan-tangan tak terlihat", meminjam istilah terkenal Adam Smith. Kondisi keuangan di Eropa belum juga terbebas dari awan mendung mengekor krisis serupa di Amerika Serikat. Sebaliknya, Selatan muncul sebagai kekuatan ekonomi baru yang dimotori oleh Cina dan India. Perimbangan kekuatan ekonomi dunia pun kini telah berubah.
Situasi ini mempertegas kebutuhan terhadap relasi Utara-Selatan dalam perspektif yang baru. Suatu hubungan yang berlandaskan kesetaraan, bukan atas dasar kuat-lemah atau kaya-miskin. Sudah saatnya hubungan keduanya menjadi lebih cair, tanpa prasangka.
Darz Wibowo
Galeri Foto Jurnalistik Antara
(Foto: Darz Wibowo)
Pewarta: Darz Wibowo | Editor:
Disiarkan: 23/02/2012 16:13