Stormy Monday Blues

Stadion Etihad di kota Manchester akhirnya menjadi makam bagi tim Setan Merah, usai bertarung habis-habisan menatang seteru sekotanya, Manchester City, Senin malam (Selasa dinihari di tanah air). Eksekusi pembunuhanya dilakukan di hadapan 47.259 pasang mata oleh Vincent Kompany, kapten bertubuh raksasa tim Biru Langit itu, dengan tandukan yang sungguh mematikan, menusuk langsung ke jantung gawang David De Gea yang tak kuasa menangkisnya. Suasana stadion mendadak bergemuruh oleh pekik dan yel heroik menyambut selebrasi yang dilakukan Kompany, dengan melompat sambil meninju langit di areal pertahanan sang raksasa yang sesungguhnya, Manchester United.

Sementara suasana murung menggelayuti bar-bar dan pub penggila bola pendukung Manu di Inggris dan secara global di ruang-ruang di mana siaran langsung itu di gelar secara global. Kini tak ada lagi "Theatre of Dreams". Teater Kepedihan, mungkin sebutan yang lebih pas buat Manu kali ini. Lara yang menggelinding bersama selentingan nada blues dari gitar tua terasa menyelimuti rasa pedih itu di kedai-kedai minum pendukung Manu yang terpekur di kota Manchester.

Di satu sudut kota, tepatnya di Manchester University, pada Maret 1971, salah satu super-group blues-rock Inggris, "Colosseum" menghidangkan konser dahsyat untuk menghormat musik blues. Dengan formasi kelas satu, Mark Clarke (bas, vokal), Clem Clempson (gitar, vokal), Chris Farlowe (vokal utama), Dave Greenslade (keyboard), Dick Hecstall-Smith (sax) dan Jon Hiseman (drums), mengharu biru generasi muda kota dua tim bebuyutan itu. "Colosseum Live" adalah nama album yang kemudian mereka rilis setelah konser yang akan selalu dikenang itu.

Dari seluruh track musik keren mereka, terselip satu nomor klasik dari salah satu pionir blues AS, T Bone Walker, "Stormy Monday", yang telah melegenda itu. Sebelumnya, dalam satu konser di Fillmore East, San Francisco pada tahun yang sama, nomor itu juga dibawakan dengan monumental oleh salah satu kelompok blues-rock terbaik yang pernah ada di bumi, "Allman Brothers Band". Dengan sedikit aransemen, standar blues 12 bar yang menjadi basis nomor itu mereka hidupkan dengan suara organ Hammond C-3 yang dimainkan Gregg Allman yang sekaligus menjadi vokalis utama grup asal Macon, Georgia, AS tersebut. Ekspresi permainan dual gitar Duane Allman dan Dicky Betts, ditambah penampilan duo drums Jay Johanson dan Butch Trucks membangkitkan jiwa dari tembang yang pertama kali di rekam T.Bone pada tahun 1947 itu. Jadilah "Stormy Monday Blues" versi Allman Bros yang slow-blues, begitu dalam dan sekaligus mengiris kalbu. "Blues" yang menjeritkan perihal pekan-pekan yang menyiksa jiwa. Persis seperti yang dialami Fergie dan anak-anak Manu usai laga menentukan pada Selasa dinihari itu.

Badai Senin telah membocorkan lambung bahtera Fergie dan menggeleparkan seluruh kru Manu yang gagah perkasa. Mereka, City dan Manu memang silih berganti menguasai laga, berpacu tanpa henti di puncak klasemen setiap pekan musim ini yang sudah berada di penghujung waktu. Memang, masih ada laga lagi yang tersisa untuk menentukan pemenangnya, namun tiga poin yang dibuat Kompany, sang kapten City asal Belgia keturunan Congo itu, praktis telah menutup peluang Setan Merah meskipun mereka memenangi laga tersisa dengan angka yang sangat mutlak. Dengan perolehan poin yang kini menjadi sama, maka Manu harus merelakan City memuncaki klasemen karena keunggulan selisih gol ( 61-53). Hanya keajaiban satu kekalahan atau seri berganda dari City yang bisa membangkitkan Manu dari pusaranya untuk mempertahankan trofi yang sekarang masih mereka genggam.

Manu datang ke Etihad sesungguhnya dalam kondisi limbung, karena satu belati telah terhunjam pada punggung Setan Merah akibat kecerobohan pemain belakangnya yang menyia-nyiakan keunggulan 3-0, 4-2, sampai Everton berhasil mencetak 4 gol dan menyamakan kedudukan pada laga yang aneh di Old Trafford, markasnya Manu pekan silam. Dua poin hilang percuma dan asa terkuak kembali bagi Roberto Mancini dan skuadnya. Walau perang urat syaraf dilancarkan dengan sporadis oleh Fergie dan Mancini menjelang laga, bahkan merembet hingga di lapangan hijau ketika Danny Welbeck diambil dengan keras oleh Nigel de Jong, hasil akhir jualah yang menutup semua kisah itu.

Pada derby dinihari tadi, Fergie merombak tim belakangnya. Dia mengistirahatkan Rafael, biang kerok hasil draw Manu vs Everton. Saat wasit Marriner memulai laga, Manu segera mengambil inisiatif ofensif. Namun Dewi Fortuna bertengger di gawang Joe Hart. Di penghujung "injury time" babak pertama, City mendapat corner, gara-gara Patrice membuang bola berbahaya. David Silva bersiap melakukan umpan pojok yang sesungguhnya adalah mula kematian Setan Merah. Meskipun pertahanan Manu cepat berkemas dan segera waspada, sekonyong-konyong Kompany yang berada di belakang dikerumunan pertahanan Manu, berlari cepat masuk ke arel mulut gawang De Gea, langsung melompat mendahului gerakan Chris Smalling, menanduk tajam umpan Silva yang terukur. Gol yang benar-benar mematikan De Gea dan Setan Merah yang dibelanya.

They call it stromy monday
But tuesdays just as bad
They call it stromy monday
But Tuesday's just as bad.
Lord, and Wednesday's worse,
And Thurdays all so sad.

The eagle flies on Friday's
Saturday I go out to play
Sunday I go to church
Gonna keel down and pray.


oscar motuloh
kurator GFJA

Foto: Reuters/Nigel Roddis

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 01/05/2012 14:13