Menembak Robin di Bulan

Mustahil ada keajaiban di Santiago Bernabeu pada Rabu (30/5) dinihari. Real Madrid, sang raksasa Spanyol, besar kemungkinannya untuk menggulung Borussia Dortmund, namun tak cukup untuk menendangnya dari ajang Liga Champions yang akan memainkan laga semi-final penghabisannya di stadion megah sekaligus angker tersebut. Ini ajang misi mustahil el Real, sekaligus obsesi Jose Mourinho untuk meraih ambisinya menjadi pelatih pertama yang meraih trofi Liga Champions di tiga klub yang berbeda.

Sejatinya, laga vital ini tak lagi mempertarungkan semangat Mou dan klub. Dia telah menjalar menjadi pertempuran harga diri bangsa. Tim Jerman sangat berambisi untuk membalikkan ramalan para pakar dan pengamat sepakbola global usai undian yang segera menyebutkan bakal ada "el-clasico" di Champions. Final sesama Jerman? Itu semacam Petruk merindukan bulan alias hil yang mustahal, kata mendiang Asmuni pelawak legendaris dari pentas Srimulat.

Euforia tim Spanyol, baik atas nama Real Madrid atau pun Barcelona, memang berada pada karpet merah utama pembahasan para pakar dan kritikus mancanegara. BVB alias Dortmund hanya dipandang sebelah mata. Sementara Bayern Munich klub kebanggaan orang-orang Bavaria hanya dilirik, karena sebentar lagi kandang mereka bakal menjadi pelabuhan bagi Pep Guardiola, pelatih legendaris yang mempersembahkan 16 trofi (termasuk Liga Champions) selama empat tahun menukangi tim impian Barcelona. Dari hebohnya berita kedatangan Pep di Jerman, sesungguhnya pers olahraga telah memojokkan keberadaan Jupp Heynckes, striker hebat pada jamannya, dan pelatih besar Jerman yang mempersembahkan trofi Champions kembali ke pangkuan Real Madrid pada Mei 1998, setelah 32 tahun melanglang dari klub ke klub raksasa Benua Biru tersebut.

Keberhasilan besar Heynckes hanya diganjar dengan pemecatan oleh para petinggi Madrid pada tahun yang sama. Dendam untuk pembuktian elegansi Heynckes memang tak mulus, apalagi mungkin karena percaya diri yang berlebihan, dia gagal memenangi trofi Liga Champions untuk kedua kalinya, saat kesempatan datang untuk Bayern Munich yang "hanya" menghadapi Chelsea, tim merana yang begitu terseok mencapai pergelaran final di kandang Bayern yang angker. Apalagi The Blues ketika itu, cuma ditukangi oleh pelatih pengganti ingusan bernama Roberto Di Matteo yang mengisi jabatan lowong peninggalan sang Mourinho baru, Andres Villa Boas, setelah menduduki kursi panas itu hanya untuk beberapa bulan saja. Meskipun Heynckes menghajar Dortmund untuk meraih final bersejarahnya bersama Madrid tempo hari, tapi pada perhelatan kali ini pelatih BVB, Juergen Klopp, tampaknya akan membawa ambisi yang terlepas itu setidaknya sebagai motivasi kala menghadapi neraka yang sesungguhnya di Santiago Bernabeu.

Jumawa adalah virus paling berbahaya bagi tim sepakbola, begitu juga bagi para anggotanya. Bayangkan, bagaimana senyuman tengil Mou saat mengetahui undian mengharuskan timnya hanya bersua BVB, bukan Bayern Munich yang sedang berapi-api. Cristiano Ronaldo, ujung tombak Madrid yang arogan juga barangkali tengah membayangkan dirinya mengobrak-abrik gawang BVB dengan mudah. Beruntung dia mampu melesakkan satu gol tandang ke jala Roman Weidenfeller yang mestinya akan menjadi modal yang sangat penting bagi Madrid dalam menjalankan misi mustahilnya pada Rabu dinihari nanti. Menjaga keberanian macam penampilan di kandang tentu bukan perkara mudah bagi Klopp yang baru pertama kalinya merasakan babak semifinal Liga Champions. Dia berhadapan dengan ahlinya, Mou, yang telah tujuh kali membawa beragam timnya berada dalam tahap bergengsi ini.

Karena itu barangkali Klopp, yang tak kuasa menahan euforia kemenangan lalu dengan naïf menjuluki tim zebra kuning-hitam yang dipimpinnya sebagai Robin Hood, si pencuri budiman yang tersohor itu. Seperti yang dikutip "The Guardian" pekan silam bahwa "kemenangan bersejarah kami seperti Robin Hood yang mencuri dari sang kaya". Tentu maksudnya adalah Real Madrid tim kaya yang memang doyan belanja pemain top sepakola, ketimbang membentuk dan membinanya seperti seterunya Barcelona yang sialnya pekan silam juga digunduli Bayern Munich empat gol tanpa balas. Komentar Klopp adalah suara keresahan klub-klub kecil Eropa yang geram menatap keberadaan klub raksasa yang materialistis macam Real Madrid. Baru saja Robert Lewandowski mencetak empat gol ke gawang Lopez, esoknya pers telah menggunjingkan kepergian ujung tombak Polandia berusia 24 tahun itu kemana pun, termasuk ke kandang Madrid dan Bayern di Allianz Arena.

Membangkitkan keberanian dan determinasi secara tim adalah kemampuan yang sesungguhnya bukan hanya tugas dari seorang pelatih, namun harus datang dari hati sang pemain sendiri sebagai atlet sepakbola yang punya dedikasi bukan semata pada materi. Jika BVB harus bertahan untuk tampil di Wembley pada perhelatan final akbar tanggal 25 Mei nanti, itu artinya Klopp wajib memerintahkan kapten dan penjaga gawang BVB berusia 32 tahun, Weidenfeller, untuk bertindak sebagai Robin Hood yang sesungguhnya. Mereka harus bertarung atas nama kebangkitan sepakbola Jerman yang telah tertidur lama. Mungkin bek Sven Bender (nomor punggung 6) cocok untuk memainkan karakter Litte John sahabat Robin yang berbadan besar, jago berantem dan sangat loyal pada tujuan. Gelandang Mario Gotze (10) sebagai David Doncaster yang pandai membaca permainan, Marco Reus (11) jadi Much bin Miller si pengatur taktik di lapangan, serta Jakub Blaszczyklowski (16) gelandang yang selincah Alan-a-Dale yang meniti tali menyeberang menara Nottingham tempat lakon utama dimainkan.

Juga Marcel Schmelzer (29) tukang siasat yang menguasai jurus mabok, cocok dengan kelakuan Rahib Tuck, Felipe Santana (27) dan Ilkay Gundogan (8) fasih menyelinap, mencuri gol persis anak Moor bernama Nasir yang bergabung dengan Robin pada kisah ekstra setelah folkor abad pertengahan orang-orang Inggris ini pertama kali dituturkan. Masih ada sahabat lama Robin yang penting, Will Scarlet, jagoan memainkan belati yang pantas diperankan oleh Robert Lewandowski (9) meskipun kali ini dia bakal mendapat pengawalan ketat pemain belakang Madrid. Dan jangan lupa bek handal Mats Hummels (15) yang diincar banyak klub besar tapi minggu lalu dia melakukan blunder sehingga Ronaldo mampu mencuri gol tandang. Karakter Will Stutely pantas diemban Hummels. Will adalah kawan Robin yang selalu berseteru dalam persahabatan dengan Scarlet. Dalam legenda Robin Sang Pencuri Budiman dari Sherwood yang dirangkai kembali oleh Stephen Knight dan Thomas Ohlgren pada buku yang diterbitkan tahun 2007, Will adalah anak buah kepercayaan Robin yang dikirim sebagai mata-mata ke kastil Sherif tapi berhasil diciduk sebelum dibebaskan oleh Robin Hood dan kelompoknya yang disebut Merry-Men.

Howard Webb wasit plontos asal Inggris yang dibenci Mou akan bertandang ke Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, sebagai pengadil semi-final yang pasti akan sangat mendebarkan itu. Di stadion bersertifikat bintang lima versi UEFA berkapasitas 80.354 penonton yang diresmikan pada tahun 1947 itu laga pembuktian menuju supremasi Eropa itu akan dituntaskan. Mampukah para pencuri budiman yang dipimpin oleh Sang Robin untuk menggerogoti harta paling bernilai dari lawannya, sang gergazi Real Madrid, untuk dibawa pulang ke kandang mereka di Stadion kebanggan BVB, Iduna Park, tempat Madrid tersungkur untuk pertama kalinya dengan angka setelak itu. Sekaligus merelakan Robert "Scarlet" Lewandowski untuk dicatat sebagai pemain yang untuk pertama kalinya mencetak empat gol dalam satu laga sepanjang sejarah semi-final Liga Champions digelar.

Anak-anak BVB harus tandang mencuri kekayaan sang Sherif jumawa langsung di kandangnya, bukan di Nottingham tapi di Madrid. Klopp harus membakar keberanian agar dapat terus menyalakan semangat kubu BVB, termasuk membuat gentar duo playmaker Jerman, Mesut Oezil dan Sami Khedira, seperti laga sebelumnya. Yang jelas untuk memompa semangat anak-anak Los Blancos maka sang presiden Fiorentino Perez harus mendatangkan sang legenda Madrid yang renta dan sakit-sakitan, Alfredo di Stefano. Di depan para pemain bayaran Madrid, sang opa kelahiran Buenos Aires 86 tahun silam itu memberi wejangan yang terinspirasi oleh kutipan dari filsuf, kritikus dan penyair Inggris William Ernest Henley (23 August 1849 – 11 July 1903). Real Madrid, kata di Stefano, adalah penguasa nasibnya sendiri sekaligus kapten bagi jiwanya. Dia mengharapkan semangat dan kebersamaan tim sekarang. Di Stefano yakin Madrid akan ke Wembley untuk memainkan finalnya di sana. Tapi kehadiran Robin Hood selalu bersifat rahasia jadi mungkin Di Stefano belum mengendusnya.

oscar motuloh
kurator, penikmat sepakbola

Foto: Penyerang Borussia Dortmund Robert Lewandowski merayakan golnya ke gawang Real Madrid dalam laga leg pertama semifinal Liga Champions di Dortmund, April 24, 2013. REUTERS/Kai Pfaffenbach

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 29/04/2013 21:29