Menanti Unjuk Kekuatan TNI
Ada hal yang menarik dari ucapan Panglima TNI Jenderal Moeldoko belum lama ini. "TNI saat ini memiliki kekuatan yang cukup, jadi jangan macam-macam," kata Panglima kepada pers di Mabes TNI, Cilangkap (30/9), jelang perayaan HUT TNI ke-69. Tersirat jelas pesan yang ingin disampaikan: kekuatan TNI tak lagi bisa dipandang sebelah mata oleh negara lain dalam hal alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Ucapan panglima itu sepertinya bukan untuk gagah-gagahan atau menakut-nakuti. Kekuatan TNI kini memang sudah tidak bisa dianggap lemah , terutama oleh kawasan yang selama ini meremehkan kekuatan militer Indonesia. Tak dipungkiri di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono TNI mengalami "panen" alutsista yang terbilang canggih dan beragam.
Sedikitnya 18 ribu personel akan dilibatkan dalam HUT TNI yang akan digelar pada 6-7 Oktober di Surabaya ini. Acara yang dikabarkan menghabiskan biaya Rp20 miliar ini akan menampilkan defile pasukan, demo sailing pass dan flying pass berbagai alutsista yang dimiliki TNI.
Matra darat akan diwakili oleh tank kelas berat MBT Leopard 2A4 serta IFV Marder yang didatangkan langsung dari Jerman. Tank produksi Rheinmetall AG ini memiliki keunggulan mampu bermanuver di segala medan, baik off road jalan berlumpur ataupun sungai.
Di atas Kota Pahlawan nanti akan berseliweran pesawat-pesawat tempur canggih, termasuk Sukhoi dan F-16 C/D 52ID yang sudah mengalami upgrading dan refurbished di Utah, AS, pesawat "coin" anti-gerilya Super Tucano dan helikopter Cougar. Konon helikopter serang Apache AH-64E juga akan ikut berparade di atas tribun kehormatan. Total pesawat yang akan fly pass ada 205, 139 di antaranya milik TNI AU.
Sedangkan TNI-AL akan menampilkan tank amfibi BMP3F dan helikopter Panther. Yang paling membanggakan adalah kedatangan tiga frigate kelas nakhoda ragam, KRI Bung Tomo (TOM)-357, KRI John Lie (JOL)-358, dan KRI Usman Harun (USH)-359. Nama kapal terakhir sempat diprotes Singapura terkait pengeboman gedung perkantoran yang dilakukan dua prajurit marinir Usman dan Harun di kawasan Orchard tahun 1965. Ketiga kapal ini sudah menggendong rudal legendaris perang Malvinas, Exocet MM 40 blok II, dan rudal terbaru MBDA Mica. Itulah sebagian alutsista yang akan ditampilkan dalam gelaran HUT ke-69 TNI nanti.
Dalam pengadaan kapal selam, TNI-AL masih bekerjasama dengan Korea Selatan untuk membuat kapal selam Changbogo. Saat ini TNI-AL masih mengandalkan dua kapal selam KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402.
Untuk mengawasi perairan Nusantara yang begitu luas, TNI juga masih akan mengkaji untuk membeli kapal selam baru atau menerima hibah dari Rusia. Namun TNI-AL menghendaki agar sistem persenjataan kapal selam yang akan dibeli itu tidak melulu torpedo bawah laut. TNI menginginkan agar disertakan pula peluru kendali bawah permukaan laut ke darat dan laut (under water missile).
Kemungkinan masih ada beberapa alutsista "misterius" yang dimiliki TNI. Namun mengingat tingkat kerahasiaannya yang sangat tinggi, persenjataan tersebut tidak mungkin diperlihatkan kepada publik dalam perayaan HUT TNI nanti.
Tak ketinggalan akan ditampilkan pula alutsista yang dikembangkan dan dibuat di dalam negeri, seperti pesawat CN-235 versi militer, panser Anoa dan Komodo, tank medium SBS buatan PT Pindad, senapan serbu SS series, Kapal Cepat Rudal (KCR)/Kapal Patroli Cepat dan lainnya.
Modernisasi alutsista TNI tak lepas dari program yang sudah digariskan oleh Pemerintah dan Kementerian Pertahanan melalui Minimum Essentian Force (MEF) Rencana Strategis-I yang dimulai tahun 2004 hingga MEF Renstra-III yang berakhir pada 2024. Dalam rencana strategis tersebut dibabar kebutuhan alutsista TNI dari tiap-tiap matra hingga berakhirnya MEF-III.
Pada MEF-I ini pembelian dan upgrade yang dilakukan militer Indonesia untuk memodernisasi alutsistanya baru terpenuhi 40 persen. "MEF pada 2013 telah lampaui target 28,7 persen. Pada 2014 diharapkan mencapai 40-42 persen," kata Jenderal Moeldoko beberapa waktu lalu.
Disamping pengadaan melalui MEF, untuk kemandirian alutsita TNI juga melakukan kerjasama melalui transfer of technology dengan negara-negara produsen persenjataan lainya. Ini untuk mengantisipasi situasi akhir 1990 ketika hampir semua pesawat dan alutsista buatan AS dan Inggris harus dikandangkan karena ketidaktersediaan suku cadang akibat embargo yang membuat kekuatan ABRI (nama TNI waktu itu) menjadi majal.
Efeknya Indonesia selalu diremehkan di kawasan, padahal Indonesia adalah negara besar, apalagi kalau melihat ke awal tahun 1960-an dimana Indonesia saat itu merupakan penguasa bumi bagian selatan karena kekuatan militernya.
Akhirnya di era pemerintahan Presiden Megawati, Indonesia berputar haluan dan langsung berpaling ke Rusia dengan memesan jet tempur Sukhoi dan helikopter serang MI-17, meskipun tetap belum bertaji, karena tidak dilengkapi dengan cantolan persenjataan yang mumpuni. Walhasil, Sukhoi dan helikopter canggih itu cuma bisa “mengaum” tanpa kemampuan untuk menyerang.
Akibat "hukuman" dari AS dan Inggris yang tidak mengenakkan itu, maka sejak pemerintahan SBY, Indonesia tidak lagi memasok pesenjataan hanya dari satu negara. TNI menoleh ke Rusia dan negara-negara Eropa yang tidak rewel terhadap kebijakan negara konsumennya.
Rusia dan Perancis adalah produsen peralatan perang terbaik yang mesin-mesin perangnya memiliki efek penangkal (deterrent effect). Indonesia juga dapat membeli persenjataan dari Tiongkok, India atau Korea Selatan.
Menjelang usianya yang setua Republik Indonesia, seperti yang disampaikan Panglima TNI, bolehlah TNI berunjuk kekuatan, karena masyarakat perlu tahu dan melihat seberapa kuat TNI saat ini, karena TNI adalah anak kandung rakyat. Dia lahir dan berjuang bersama rakyat.
Maka sepatutnya rakyat bangga dengan kehadiran TNI di tengah-tengah mereka. Apalagi kini otot TNI semakin kuat untuk melindungi rakyat dan menjaga kedaulatan NKRI.
"Tentara kita djangan sekali-kali mengenal sifat menyerah kepada siapapun djuga yang akan mendjadjah dan menindas kita kembali."(Jenderal Sudirman)
Dirgahayu ke-69 TNI...
Imung Murtiyoso
staf antarafoto
Foto: Sejumlah tank Marder tiba di Pelabuhan Tanjung Perak awal September 2014 lalu (ANTARA FOTO/Suryanto)
Pewarta: Imung Murtiyoso | Editor:
Disiarkan: 04/10/2014 22:32