SAHAYA MATARAM
Hari itu, Sabtu 19 Oktober 2013, Kedhaton Keraton Yogyakarta terlihat ramai. Para abdi dalem dan kerabat keraton wira-wiri sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah hajatan akbar, pernikahan putri keempat Raja Keraton Yogyakarta. <br />
Sang Raja, Sri Sultan Hamengku Buwono X, bersama keluarga dan kerabat keraton turun tangan langsung mengawasi dan mempersiapkan segala sesuatunya. Yang tak kalah sibuk, para abdi dalem keraton dengan unggah-ungguh dan kepatuhan menunjukkan pengabdian mereka demi menyukseskan perhelatan agung sang raja. Bagi para abdi dalem, titah sang raja adalah kewajiban, hajat sang raja adalah hajat bersama, kebahagiaan sang raja adalah kebahagiaan semua.<br />
Masyarakat Yogyakarta yang masih berpegang teguh pada akar budaya meyakini bahwa menjadi abdi dalem bukanlah untuk mencari materi, melainkan untuk mendapatkan kepuasan batin bahkan mungkin juga spiritual. Kedekatan dengan raja yang menjadi pucuk dunia dan yang dahulu dianggap perwakilan Sang Maha Kuasa di bumi menjadi sebuah berkah tersendiri bagi mereka.<br />
Abdi dalem merupakan satu hal yang tak bisa terlepas dari keberadaan keraton-keraton di tanah Jawa, terutama di Keraton Yogyakarta. Tanpa adanya abdi dalem, tatanan akan terganggu. Bakti mereka yang tulus membuat Keraton Yogyakarta ajeg. Kesetiaan dan pengabdian para sahaya itu turut menjadi pagar kelestarian budaya di bumi Mataram.<br />
<br />
<br />
Foto dan Teks: Ismar Patrizki <br />
Pewarta: Ismar Patrizki | Editor:
Disiarkan: 01/11/2013 17:15