Panjang Jimat Keraton Kanoman
Di bulan Maulud dalam kalender Jawa, warga Cirebon berdatangan ke Keraton Kanoman untuk mengikuti prosesi panjang jimat, yang berlangsung panjang dan bertahap dan yang paling diminati masyarakat adalah ritual pencucian pusaka warisan Sunan Gunung Jati. <br />
Dalam prosesi tersebut warga menanti air bekas cucian pusaka untuk ditampung. Memetik buah dari pohon yang tumbuh di lingkungan keraton, atau bahkan memegang pusaka yang akan dicuci. Kesemuanya itu kelak dipercaya membawa berkah untuk kehidupan mereka sehari-hari, baik itu dalam hal kesehatan, keselamatan, maupun kesejahteraan. <br />
Panjang jimat merupakan singkatan dari “diaji” dan “dirumat” yang bermakna dipelajari dan diamalkan kembali ajaran-ajaran Islam melalui simbol yang terdapat pada benda-benda pusaka warisan Sunan Gunung Jati. Dalam tahapan puncak ritualnya, benda-benda pusaka itulah yang akan diarak oleh ratusan abdi dalem dan sanak famili dari Keraton Kanoman. <br />
Sebelum panjang jimat, terdapat banyak tahapan yang harus dilakukan pihak keraton seperti nyiram Gong Sekati (membersihkan gamelan yang akan ditabuh saat panjang jimat), Nyembeleh mahesa (menyembelih kerbau), dan nyiram pecara (memandikan pusaka warisan Sunan Gunung Jati). <br />
Sunan Gunung Jati pendiri Kesultanan Cirebon adalah salah satu Sembilan wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Konon Sunan Gunung Jati mewariskan tata cara melakukan peringatan Maulid Nabi itu hingga sekarang menjadi tradisi Keraton Kanoman yang kini dipimpin Sultan Kanoman XII Emiruddin, dan patihnya Pangeran Raja Muhammad Qodiran. <br />
<br />
<br />
Photo & Teks : Rosa Panggabean
Pewarta: Rosa Panggabean | Editor:
Disiarkan: 10/02/2014 15:05