MIANGAS, GERBANG UTARA INDONESIA MULAI BERBENAH
Sang fajar mulai menyingsing di pulau tak berteman, yakni Pulau Miangas. Masyarakat mulai menjalankan aktivitasnya yang berprofesi sebagai nelayan dan petani kopra. Dengan luas sekitar 3,2 km persegi dengan jumlah penduduk sekitar 700 jiwa. Pulau yang juga bernama La Palmas dalam peta Filipina itu menjadi gerbang masuk utara menuju Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina.
Pertama menginjakkan kaki di Miangas, pasti akan langsung berdecak kagum, mulai alamnya yang memikat mata hingga masyarakat yang ramah dan religius membuat rasa capai hilang dalam sekejap setelah menaiki kapal perintis hampir seminggu dari Pelabuhan Bitung, Sulut.
Seperti sebuah sajak yang sering didengungkan, Dari Sabang sampai Merauke dari Miangas Sampai Pulau Rote, maka Miangas yang merupakan salah satu beranda bagi Indonesia harus selalu harus diperhatikan.
Pemerintah melalui menteri perhubungan membuat proyek bandara perintis dengan tujuan Miangas lebih dekat dengan pulau yang lain, arus barang lebih mudah dan murah dan segala aktivitas ekonomi dapat tumbuh setara dengan daerah lainnya.
Namun, masyarakat masih harus sabar menunggu berbagai proyek infrastruktur seperti bandara, talud dan penambahan dermaga bagi kapal nelayan.
Sebagaimana mayoritas warga Miangas menggantungkan hidup dari laut, maka hasil ikan laut yang berlimpah dimanfaatkan secara bijaksana oleh warga. Mereka menjual kelebihan tangkapan kepada warga Miangas lainnya karena kondisi geografis dan sarana belum mendukung untuk menjualnya ke daerah lain.
Kehidupan harus terus berjalan, masyarakat Miangas saat ini harus terus mencukupi berbagai keperluan melalui jalur laut, selain mahal juga memakan waktu yang masih lama. Namun semua itu tidak mengurangi kecintaan dan kesetiaan mereka terhadap Indonesia.
"NKRI Harga Mati" kata Kepala Desa Miangas Suwardi Timpa Pade mewakili warganya.
Foto dan Teks: Wahyu Putro A
Pewarta: Wahyu Putro A | Editor:
Disiarkan: 14/10/2015 03:00