MELESTARIKAN BUDAYA BATIK DI KAMPUNG PALBATU
Tempat yang berada tidak jauh dari pusat kota Jakarta, warga Palbatu II Tebet, Jakarta Selatan muncul sebagai kelompok warga ibu kota dalam melestarikan budaya batik.
Semua berawal dari rasa keprihatinan tiga orang yaitu Bimo, Iwan dan Hari atas tidak adanya kampung batik di wilayah Jakarta, maka dengan modal niat yang nekat, mereka mendirikan Forum Komunikasi Pengembangan Kampung Batik Palbatu. Pada tahun 2011 mereka mulai berani mengadakan acara “Festival Kampoeng Batik Palbatu” dengan mengundang 18 pengrajin batik dari berbagai daerah di Jawa untuk datang ke Jakarta memberikan pelajaran membatik kepada para warga di wilayah jalan Palbatu dan sekitarnya dengan tujuan untuk melestarikan budaya batik dengan tindakan nyata.
Dari festival tersebut membatik tidak hanya di kain tapi juga di sudut-sudut dinding gang sempit sehingga terlihat motif batik berbagai corak mulai dari batik Solo, Yogyakarta, Pemalang, Cirebon, dan batik daerah lainnya. Menurut Hari sang inisiator, dengan proses pembelajaran langsung tersebut orang jadi lebih cinta batik, lalu melestarikannya. Sebab tidak mungkin bisa melestarikan tanpa mengerti proses mengenai batik terlebih dahulu.
Nama Kampung Batik sendiri bukan berasal dari profesi warganya, tetapi berasal dari hasil seni membatik di berbagai media yang ada di kampung tersebut dan salah satu ciri khas gambar batik Palbatu adalah topeng dan corak kembang api. Saat ini kampung tersebut telah menjadi tempat untuk masyarakat dapat lebih mengenal batik mulai dari cara membuat, proses pewarnaan pada kain dan bagi penggemar atau kolektor batik dapat membeli batik corak Palbatu yang dijual seharga Rp350.000-Rp1.000.000.
Walaupun mampu memproduksi dan menjual batik sendiri, Hari tetap pada tujuan awal yaitu mengajak masyarakat untuk ikut melestarikan seni membatik bahkan diharapkan masyarakat di Indonesia dapat membuka usaha dari seni membatik karena membatik dan batik itu sendiri merupakan identitas bangsa Indonesia.
Foto dan Teks: Muhammad Adimaja
Pewarta: Muhammad Adimaja | Editor:
Disiarkan: 20/10/2015 01:00