KUDA HITAM DARI CIKEAS
Mengejutkan, mungkin hal itu yang banyak terbesit ketika gabungan empat partai politik mengakhiri konstelasi politiknya di Cikeas. Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) resmi mengajukan nama Agus Harimurti Yudhoyono dan Slyviana Murni sebagai calon gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
Meskipun berstatus sebagai anak sulung dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Agus justru tidak pernah bersinggungan dengan dunia politik. Militer, adalah jalan yang ia pilih. Lulus dengan predikat terbaik dari Akademi Militer tahun 2000, kariernya moncer, berbagai jabatan strategis berhasil diembannya, hingga akhirnya berhasil menduduki posisi Komandan Batalyon Mekanis 203/Arya Kemuning berpangkat Mayor Infantri.
Senada dengan Agus, Sylviana Murni juga bukan berasal dari dunia politik. Dia merupakan satu-satunya calon gubernur atau wakil gubernur yang berasal dari dunia birokrat. Mengawali karier sebagai staf penatar Badan Pembinaan, Pendidikan dan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) di Pemprov DKI Jakarta, kariernya terus melesat, sejumlah posisi penting seperti Walikota Jakarta Pusat, Plt Walikota Jakarta Barat, hingga Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, sukses dia duduki.
Dengan latar belakang keduanya yang bukan dari politisi serta tidak memiliki nama besar dibandingkan dua pasang kandidat lainnya, maka publik menjuluki pasangan Agus-Slyvi sebagai kuda hitam dari Cikeas.
Berbekal kampanye dengan model 'meet the people' atau menemui dan mendekatkan diri dengan masyarakat, Agus-Sylvi terus melompat dan mengerek popularitas. Dari 'bukan siapa-siapa', kini mereka justru memuncaki berbagai survei. Sejumlah lembaga survei yang mengumumkan elektabilitas cagub DKI Jakarta menempatkan pasangan Agus-Slyvi di urutan teratas, atau sejelek-jeleknya pada posisi kedua, dengan persentase berkisar 27-32 persen.
Dua bulan menjelang Pilgub DKI Jakarta, 15 Februari 2016. Patut ditunggu, apakah pasangan kuda hitam itu dapat benar-benar melompat tinggi hingga mencapai kursi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, ataukah hanya unggul di berbagai survei tanpa kemenangan.
Foto dan Teks: Akbar Nugroho Gumay
Pewarta: Akbar Nugroho Gumay | Editor:
Disiarkan: 21/12/2016 00:00