PANJANG JIMAT, MEMAKNAI KELAHIRAN NABI
Pada bulan maulid atau 12 Rabiul awwal beberapa keraton di Cirebon memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi Panjang Jimat. Salah satu tradisi yang masih melekat di tanah wali saat perayaan muludan yang diwariskan oleh Syeikh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Ribuan orang dari berbagai wilayah berdatangan ke keraton Kanoman untuk menjemput berkah pada perayaan tersebut, melakukan berbagai ritual seperti mandi di sumur keramat, mengambil air bekas cucian benda-benda pusaka hingga melakukan sungkeman ke Sultan XII Pangeran Raja Muhammad Emirudin.
Panjang Jimat sendiri merupakan prosesi penyucian benda pusaka yang ada di keraton tersebut, berasal dari kata Panjang (piring keramik besar) yang dimaknai tempat wadah yang luas dan Jimat (diaji/ dirumat) yang diartikan dipelajari dan diamalkan kembali ajaran-ajaran islam melalui simbol-simbol benda pusaka.
Puncak acara Panjang Jimat adalah Malam Pelal yang dimulai dengan Iring-iringan Keluarga keraton dan abdi dalem membawa beda pusaka dari langgar alit melewati lawang Siblanong dengan lantunan shalawat nabi menuju langgar agung dan dilanjutkan membaca kitab shalawat Barzanji.
Bagi sebagian masyarakat, Panjang Jimat merupakan pemaknaan kembali pada kesucian dan ajaran-ajaran Islam dari proses kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diwariskan Sunan Gunung jati sebagai penyebar agama Islam di tanah Cirebon.
Foto dan Teks: Dedhez Anggara
Pewarta: Dedhez Anggara | Editor:
Disiarkan: 31/05/2017 17:00