TRADISI GULAT OKOL
Saat panen pada musim kemarau tiba sejumlah masyarakat menggelar prosesi sedekah bumi. Sebuah tradisi yang terus dilestarikan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME, atas rezeki dan hasil bumi yang mereka peroleh. Salah satunya seperti yang rutin digelar warga di Mede, Kecamatan Sambikerep, Surabaya, Jawa Timur.
Pada penyelenggaraan sedekah bumi di Mede, ada satu ajang yang selalu ditunggu-tunggu warga, yakni tradisi Gulat Okol. Tradisi turun temurun ini merupakan sejenis olahraga tradisional yang sekilas mirip dengan Sumo di Jepang. Gulat okol bisa diikuti semua kalangan umur dan gender. Pertarungan adu kekuatan ini digelar di atas sebuah arena yang dipenuhi tumpukan jerami, dengan iringan alunan gamelan.
Sebelum bertanding, para peserta terlebih dahulu memakai ikat kepala atau udeng dan selendang yang diikatkan pada bagian perut sebagai pegangan untuk saling menjatuhkan. Tak ada kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh peserta. Pemenangnya ditentukan berdasarkan peserta yang mampu menjatuhkan lawan.
Gulat Okol merupakan tradisi yang berasal dari Madura. Sementara sebagian lagi berpendapat bahwa tradisi itu berasal dari daerah Gresik. Perbedaan asal-usul tidaklah menjadi soal bagi masyarakat. Mereka datang beramai-ramai untuk bersenang-senang dalam hiburan rakyat tersebut.
Demikian juga dengan para petarung. Bagi mereka adu kekuatan dalam Gulat Okol bukan untuk mencari permusuhan. Melainkan adalah ajang untuk bersilaturahmi dan mempererat persaudaraan antarwarga.
Foto & Teks: Moch Asim
Editor: Ismar Patrizki
Pewarta: Moch Asim | Editor:
Disiarkan: 12/10/2018 12:00