WAYANG POTEHI MELINTASI ZAMAN
Suara tabuhan tambur ditambah gesekan erhu memecah keramaian. Alunan musik khas tiongkok itu menjadi penanda dimulainya pertunjukan wayang potehi di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Sedikit demi sedikit kursi penonton yang kosong pun mulai terisi. Pementasan wayang potehi biasanya menjamur di awal tahun menjelang perayaan Imlek, menjadi ladang rezeki para dalang dan kru nya.
Siang itu, dalang wayang potehi, Sugiyo Waluyo atau akrab dipanggil dalang Subur beserta teman-temannya yang tergabung dalam kelompok Fuk Ho Ann dari Surabaya sedang beraksi. Subur yang menjadi She Hu atau dalang ditemani Sanjaya sebagai Jie Jiu atau asiste. Berada di bilik seluas sekitar tiga meter, mereka ditemani sejumlah pemusik yang selalu siap membawa penonton menikmati cerita. Dalam pementasan tersebut Dalang Subur membawakan cerita "Sie Kong Hoan Tong" yaitu tentang perjalanan sesosok pendeta yang bernama Sie Kong yang berjuang ingin merebut kembali kedinastian Tong.
Wayang potehi merupakan kesenian klasik peninggalan jaman kekaisaran negeri tirai bambu. Sempat mengalami masa surut ketika pelarangan di masa orde baru karena diyakini menyebarkan propaganda politik. Wayang potehi mulai kembali eksis ketika masa presiden Gus Dur. Wayang Potehi merupakan seni pertunjukan hasil percampuran budaya Tionghoa dan Jawa yang dimainkan sebelum dan sesudah perayaan imlek. Terbuat dari kayu mahoni lunak dan dibalut oleh aneka kostum khas negeri tirai bambu. Beranekaragam karakter wayang potehi yang dipentaskan dan ada beberapa karakter utama yang sering muncul seperti Sun Go Kong, Cut Pat Kay, dan Sie Kong.
Foto dan Teks : Putra Haryo Kurniawan
Editor : Prasetyo Utomo
Pewarta: Putra Haryo Kurniawan | Editor:
Disiarkan: 04/02/2019 18:50