PENDIDIKAN KAMPUNG ADAT BATARA DI BANYUWANGI
Kampung Batara.
Kampung Baca Taman Rimba.
Belajar cerdas tanpa batas.
Semua orang adalah guru.
Alam raya sekolahku.
Begitulah yel-yel yang diteriakkan anak-anak Kampoeng Baca Taman Rimba (Batara) dengan rasa penuh optimistis di tempat pendidikan alternatif lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Tidak ada guru tetap, tidak ada kelas, bahkan seragam khusus dalam sistem belajarnya. Kurikulum ditentukan secara musyawarah oleh anak-anak sendiri, seperti jelajah rimba mengenal berbagai jenis capung dan tumbuhan.
Widi Nurmahmudi, mengawali terbentuknya Kampoeng Batara pada tahun 2015 karena melihat banyaknya angka pernikahan dengan mempelai yang masih terbilang sangat muda usianya yang harusnya masih usia sekolah di kampungnya. Hal ini terjadi karena berbagai faktor seperti masalah ekonomi dan rendahnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Dari sekitar 350 kepala keluarga di lingkungannya, hanya ada tiga orang yang bergelar sarjana sementara lainnya mayoritas lulusan sekolah dasar.
Berawal dari keadaan itu, Widi memiliki ide sederhana yakni membuat kegiatan dengan mengajak lima anak di sekitar rumahnya untuk membuat permainan tradisional seperti egrang, seltok (tembakan bambu) dan musik tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar mereka.
Kegiatan itu ternyata menarik minat anak-anak di lingkungan sekitar dan terus bertambah yang hingga November 2020 mencapai sekitar 37 anak, yang mengikuti sistem belajar yang tidak didapat pada sekolah formal.
Widi rajin mengabadikan setiap kegiatan anak-anak dan mengunggahnya di media sosial yang kemudian menggugah relawan dari berbagai latar belakang seperti artis, seniman, aktivis bahkan pejabat daerah hingga pusat untuk datang dan mengajar.
Para relawan mengajarkan pengetahuan sesuai bidang keahliannya seperti membaca, menulis, menggambar, menari, bahasa daerah dan bermain teater.
Kegiatan itu membuka cakrawala dan pengetahuan anak-anak termasuk terkait cita-cita mereka. Misalnya, Pendi, salah satu anak di kampoeng Batara, mempunyai cita-cita menjadi seorang seniman setelah melihat penampilan maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok ketika berkunjung ke Batara.
Sistem belajar yang dikemas secara menyenangkan dan beragam serta diperkaya dengan kolaborasi dari para relawan dinilai bisa mendorong terbangunnya pondasi karakter anak seperti meningkatkan rasa percaya diri, memiliki jiwa kepemimpinan serta mendorong semangat belajar. Saat ini tidak hanya anak-anak yang memiliki semangat belajar, orang tuanya pun juga memiliki semangat yang sama yakni dengan mengikuti pendidikan kejar paket di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan setempat.
Pada tahun 2017, Kampoeng Batara diakui oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menjadi pendidikan kampung adat di Banyuwangi bersama 50 tempat pendidikan adat di Indonesia.
Foto dan Teks : Budi Candra Setya
Editor : Andika Wahyu
Pewarta: Budi Candra Setya | Editor:
Disiarkan: 30/11/2020 13:21