EKSISTENSI PETANI KOPI ARABIKA GAYO DI TENGAH PANDEMI
Pandemi COVID-19 yang juga telah merambah dataran tinggi Gayo di Aceh tidak menyurutkan semangat para petani kopi arabika di daerah itu untuk terus meningkatkan produksi yang permintaannya kembali meningkat di pasar Internasional.
Tak dapat dipungkiri, sejak awal pandemi COVID-19 merebak jumlah ekspor kopi mengalami penurunan. Namun demikian, permintaan konsumen di Singapura, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa tetap ada meski jumlah permintaannya menurun.
Penurunan permintaan di pasar nasional dan internasional itu tidak menyurutkan asa para petani di dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah untuk memanen, menjemur dan memilah biji kopi berkualitas ekspor meski harga jual yang terus turun dari Rp110 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram.
“Kami yakin kopi Gayo tetap banyak peminatnya, meski harga turun hingga 50 persen, kami tak akan membiarkan biji kopi membusuk di pohonnya,†kata Rina, salah seorang petani yang ditemui saat memanen kopi di kebunnya, Aceh Tengah, Aceh.
Pemerintah daerah pun tidak berpangku tangan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk memberikan semangat dan dukungan terhadap para petani di dataran tinggi Gayo. Salah satunya dengan meningkatkan promosi.
Gubernur Aceh Nova Iriansyah pada saat masih menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) dalam rapat virtual dengan para Wali Kota dan Bupati pada 20 Juli 2020 lalu mengatakan Pemerintah Pusat tidak tinggal diam melihat kondisi petani dan hasil produksi kopi Gayo yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Nova Iriansyah menyebutkan pemerintah bakal membeli kopi Gayo melalui skema BUMN ataupun swasta.Â
Kini harapan tersebut masih tertanam di hati para petani, sambil menunggu pihak perbankan dapat memberikan keringanan kredit modal usaha kepada pihak koperasi dan petani kopi.
Teks dan Foto: Irwansyah Putra
Editor: Widodo S Jusuf
Pewarta: Irwansyah Putra | Editor:
Disiarkan: 16/03/2021 18:30