HIDUP DI ANTARA PASANG SURUT AIR LAUT
Siang itu angin bertiup begitu kencang, embusan angin menggulung gelombang terlihat menerpa batu yang berada di sekitar bibir pantai. Di antara deburan ombak, Sarmin (56) dengan tangan kosong berupaya memperbaiki bebatuan pemecah ombak atau "breakwater" yang sudah rusak berserakan terhantam gelombang laut.
Tak jauh dari deretan batu itu air laut menerjang bagian belakang rumah, sementara banjir rob sudah merendam hingga halaman rumahnya yang berada di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Tak hanya sekitar rumah Sarmin, banjir rob itu kian meluas hingga ke desa Eretan Wetan dan desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur. Sekolah, masjid dan puluhan rumah warga lain juga sudah terendam banjir rob setinggi kurang lebih 40 cm hingga 70 cm. "Sudah hampir dua minggu kena banjir rob, apalagi musim angin baratan," ujar Sarmin sambil mengangkat bongkahan batu.
Sejak 10 tahun lalu, Sarmin bersama istri dan dua orang anaknya tinggal di daerah pesisir pantai itu. Awalnya daerah itu masih berupa permukiman warga yang sebagian berkerja sebagai nelayan. Selama empat tahun terakhir banjir rob yang terus menerjang sehingga membuat rumah warga rusak terkikis ombak.
Meski di kawasan pesisir Eretan Kulon sudah dipasang batu pemecah ombak, tapi seiring berjalannya waktu, batu itu tergerus pasang surut air laut, hingga air bisa meluap dan masuk ke permukiman warga. "Batu ini sudah lama dipasang dan harusnya dibikin tanggul pemecah ombak yang lebih tinggi lagiâ€, ujar Sarmin.
Banjir rob yang kerap terjadi dan berlangsung dari tahun ke tahun itu membuat warga yang tinggal disekitar pantai desa itu selalu merasa was-was terlebih banyak rumah warga yang hanya menyisakan pondasi akibat hancur terhantam ombak. Dan tak sedikit pula rumah warga yang sudah hilang akibat terjangan gelombang tinggi. "Dulu di sini banyak rumah, sekarang tuh liat, tinggal pondasi, yang masih bagus juga kadang ditinggal pergi, dan sudah puluhan rumah yang hilang," kata Sarmin.
Pada 2017 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu mencatat panjang garis pantai di Kabupaten Indramayu mencapai 147 kilometer. Sementara 42,60 km diantaranya mengalami abrasi yang cukup parah dan data tersebut diperkirakan akan terus bertambah luasnya akibat efek pemanasan global.
Sarmin memilih bertahan di rumahnya karena tidak ada pilihan lain meski banjir rob bisa datang kapan saja dan dia berharap pemerintah setempat segera menangani masalah banjir rob yang terus mengancam.
Sebagian warga terpaksa bertahan meski tahu hidupnya selalu diselimuti rasa was-was terdampak banjir rob. Mereka hidup di antara pasang surut air laut.
Foto dan Teks : Dedhez Anggara
Editor : Andika Wahyu
Pewarta: Dedhez Anggara | Editor:
Disiarkan: 07/05/2021 14:40