KARTINI RAJAWALI PENJAGA LAUT NUSANTARA
Memang tidak mudah bagi anggota di jajaran TNI AL mendapatkan kepercayaan menjadi "Rajawali Laut", julukan bagi para penerbang TNI-AL, apalagi perempuan. Mereka harus menjalani seleksi ketat selama berbulan-bulan bersama anggota lain, untuk kemudian dipercaya solo atau memegang kendali pesawat secara mandiri.
Seperti kisah yang diutarakan Letda Laut (S/W) Catur Arum Nuryani dari Skuadron 800 Wing Udara 2, Surabaya, Jawa Timur. Dia menceritakan ketika mendapat tugas untuk mengikuti seleksi masuk pendidikan penerbangan Angakatan Laut.
Awalnya, lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 63 Tahun 2018 itu juga tidak menyangka bahwa dirinya menjadi satu dari beberapa perempuan di TNI AL yang dipilih menjadi penerbang. Karena awal masuk akademi AL ditempatkan di bagian perbekalan kapal KRI I Gusti Ngurah Rai (332), jenis Kapal Perusak Rudal (PKR)-2 yang bertugas menjaga bekal prajurit dalam sebuah misi kapal.
Dua tahun menjadi keluarga besar KRI I Gusti Ngurah Rai, Arum, panggilan akrabnya, mendapatkan surat tugas atau perintah (ST) penempatan baru di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) Sidoarjo. Berselang beberapa hari, kembali mendapatkan ST untuk mengikuti seleksi penerbang. Karena memegang prinsip yang telah ditanamkan sejak mengikuti pendidikan di AAL bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama, maka ia jalani perintah tersebut.
Dengan memegang prinsip kuat bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki sama dalam hal kemampuan dan pekerjaan, Arum mulai memetik hasil dari keteguhannya tersebut.
Arum kini sudah mengantongi 200 jam terbang dan telah menjadi bagian dari keluarga besar Rajawali Laut yang bisa diandalkan, khususnya untuk jenis pesawat Piper 28181 dan Bonanza G36.
Hal yang sama juga dialami oleh ketiga rekannya Letda Laut (P/W) Andi Quita Wetuffahati, Letda Laut (P/W) Mia Khuzaimah Hanun dan Letda Laut (P/W) Virnanda Steffy Aulia
Saat itu, mereka mengikuti seleksi bersama 35 prajurit TNI AL yang mendapat perintah yang sama, dan yang diterima hanya sembilan dan mereka berempat di antaranya yang lolos seleksi mengikuti pendidikan penerbang Angkatan Laut.
Kepala Dinas Penerangan Puspenerbal, Letkol laut (S) Wahyu Kurniawan mengakui menjadi penerbang perempuan memiliki tantangan tersendiri, karena membuat wacana baru yang awalnya hanya didominasi oleh kaum laki-laki, yakni terbang di atas lautan serta daratan.
Antusiasme di dunia penerbangan bagi perempuan juga cukup tinggi, namun tidak mudah menunjuk Kartini saat ini menjadi bagian dari keluarga besar Sang Rajawali Laut, sebab TNI AL perlu melakukan seleksi yang cukup ketat.
Gender bukanlah perbedaan yang mengakibatkan perpecahan, di sinilah laki-laki dan perempuan bergabung menjadi satu dan memiliki kemampuan yang sama dalam tugas di Puspenerbal untuk menjaga Nusantara.
Foto dan teks : Zabur Karuru
Editor : Prasetyo Utomo
Pewarta: Zabur Karuru | Editor:
Disiarkan: 21/04/2022 23:00