MOMEN KEBANGKITAN PERAJIN KULIT
Kota Padang Panjang, kota dingin yang berada sekitar 70 kilometer dari Kota Padang, Sumatera Barat itu, menjadi salah satu kota penghasil dan pemasok produk kerajinan kulit di Indonesia sejak tahun 1996.
Pemkot Padang Panjang juga membuat galeri khusus untuk memajang hasil kerajinan kulit tersebut, bahkan kini kota berjulukan Serambi Mekkah itu memiliki Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pengolahan Kulit satu-satunya di Sumatera yang bisa melakukan jasa penyamakan kulit bagi para perajin.
Industri kulit baik kulit sapi maupun kulit kambing di kota itu pun menggeliat. Sejumlah UMKM tumbuh pesat seiring dengan ramainya kunjungan wisata ke Sumatera Barat. Kala itu, omzet pedagang mencapai Rp50 juta per bulan. Namun, petaka datang saat pandemi COVID-19 menyerang Indonesia. Penjualan produk kulit anjlok. Galeri dan showroom tutup karena tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung.
Dampak tersebut juga dirasakan salah seorang pengusaha kulit yang memiliki Galeri Minang Kayo, Priska. Usaha suvenir khas Minang yang sudah dirintis bersama suaminya sejak 2009 itu, sepi pembeli.
Priska mengaku, pembeli yang datang belanja produk kulit di galerinya kebanyakan wisatawan dari Malaysia. Sebanyak 80 persen wisatawan yang datang ke Sumbar memang berasal dari negeri Jiran itu.
Warga Malaysia suka membeli sandal datuk, topi moris, sepatu, tas, dan aksesoris produk kulit lainnya yang diproduksi Minang Kayo.
Karena itu, ketika pandemi datang, Priska dan usahanya sangat terdampak. Tidak ada lagi wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Produksi kulitnya pun harus dikurangi karena berlimpahnya stok.
Biasanya, sebelum pandemi perajin Minang Kayo dapat memproduksi kulit ribuan feet (kaki), tapi saat pandemi hanya 100-200 feet per bulan.
Meskipun ia juga melakukan penjualan secara daring, tapi menurutnya tidak terlalu mendongkrak penjualan. Hal itu disebabkan harga standar upah yang diberikan di tempatnya berbeda dengan standar upah di Pulau Jawa, sehingga harga jual secara umum dianggap terlalu mahal.
Kondisi pandemi di Indonesia kini mulai terkendali. Jalur darat dan udara nasional kembali dibuka. Nasib Priska dan Minang Kayo pun kin berharap kepada kebijakan pemerintah, agar dapat segera membuka penerbangan langsung dari Padang ke Kuala Lumpur, Malaysia, sehingga pasar yang ia miliki bisa ikut terbuka.
Perlahan, kegiatan pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dilaksanakan. Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar kegiatan Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Sumbar mulai April hingga Juni 2022. Melalui kegiatan tersebut pemerintah mendorong perekonomian melalui pengembangan keahlian digital pelaku usaha serta produk UMKM.
Priska bersama Minang Kayo pun terpilih sebagai salah satu UMKM yang lolos dalam kurasi kegiatan bertajuk "Maju Berkah Basamo UMKM" itu.
Priska berharap dengan adanya gerakan BBI tersebut, menjadi momen agar usahanya menggeliat kembali dan bangkit. Ia ingin masyarakat gemar memakai produk kulit lokal, sehingga pasar tidak hanya mengandalkan permintaan dari luar negeri saja, tetap juga dari dalam negeri.
Foto dan teks: Iggoy el Fitra
Editor : Andika Wahyu
Pewarta: Iggoy El Fitra | Editor:
Disiarkan: 24/05/2022 19:50