LIMBAH KAYU JADI BARANG EKSPOR

Perajin memilih potongan limbah kayu ulin yang masih layak pakai untuk dibuat menjadi produk kerajinan.
Perajin mengukur kayu ulin sebagai rancangan sebuah produk kerajinan.
Perajin mengerjakan proses awal pembuatan kerajinan berbahan limbah kayu ulin.
Perajin mengerjakan proses pembentukan kerajinan.
Perajin menggunakan mesin bubut saat menyelesaikan sebuah produk kerajinan.
Perajin memoles sebuah produk kerajinan berupa piring berbahan kayu ulin.
Pekerja memoles produk kerajinan menggunakan minyak zaitun.
Pekerja memoles produk kerajinan menggunakan minyak zaitun.
Pendiri PT Anakkayu Bangun Nusantara Irfan Adi Siswanto menunjukkan salah satu produk unggulannya berupa talenan berbahan limbah kayu ulin di Gallery Uleen di Mess L, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Produk unggulan Uleen berupa kalung kemiri Meratus dipajang bersama kerajinan berbahan kayu ulin saat pameran Kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) di Taman Siring Nol Km, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Produk unggulan Uleen berbahan limbah kayu ulin dipajang di Gallery Uleen di Mess L, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Limbah kayu pada umumnya lebih dimanfaatkan untuk kayu bakar. Namun limbah kayu bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomis tinggi. Tentu perlu ide dan kreativitas tinggi dalam memanfaatkannya.



Setidaknya ide cemerlang tersebut telah diwujudkan oleh Irfan Adi Siswanto yaitu seorang pengusaha bidang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kalimantan Selatan yang mendirikan PT Anakkayu Bangun Nusantara.



Irfan memanfaatkan sisa tebangan pohon ulin yang dulunya ditanam pada era kolonial. Bonggol beserta akarnya yang masih tertinggal di hutan itu diolahnya menjadi beragam produk kerajinan.



Pohon ulin yang memiliki sebutan lain yaitu kayu besi itu sangat terkenal dengan kekuatan dan keawetannya yaitu tahan rayap serta tidak lapuk jika terendam air. Pohon tersebut merupakan tumbuhan khas di Pulau Kalimantan terutama tumbuh di hutan seluruh Kalimantan termasuk di Sabah dan Serawak, Malaysia.



Sebenarnya usaha yang dirintisnya sejak 2017 ini bermula dari produksi perabotan mebel secara custom yaitu sesuai pesanan, namun akhirnya berkembang menjadi produksi kerajinan beragam alat dapur, miniatur dan perhiasan berbahan kayu dan tempurung buah kemiri. Beragam kerajinan yang diberi merk Uleen tersebut menjadi produk unggulan yang kini berhasil mengangkat usahanya.





Perusahaan ini sempat diundang pameran di Seoul, Korea Selatan pada tahun 2019. Di sana, sebuah talenan saja bisa laku 30 ribu Won atau setara Rp450 ribu. Bahkan dalam tiga hari sebanyak 70 buah talenan habis terjual. Sungguh melebihi ekspetasinya, produk Uleen mendapatkan minat yang bagus dari masyarakat Korea Selatan.



Hal itulah menyebabkan produk tersebut bisa memperluas pasarnya hingga ekspor ke beberapa negara Asia dan Eropa seperti Jepang, Singapura dan Inggris.



Meski volume ekspornya belum mencapai satu kontainer namun produknya bisa diekspor bersama dengan produk mebel Jepara yang sudah memiliki pasar internasional lebih dahulu.



Omzet Uleen berkembang dari hanya Rp20 juta sebulan pada 2019 dengan dua orang karyawan kini mencapai Rp150 juta sebulan dan bisa memperkerjakan 25 orang karyawan. Sekitar 70 persen omzetnya berasal dari ekspor dan sisanya dari pasar domestik.





Perjalanan usaha tersebut tidak lepas dari program pembinaan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas dan skala UMKM.





Selain itu perusahaan yang menjadi mitra UMKM binaan Bank Indonesia itu juga turut berpartisipasi sebagai salah satu produk unggulan dalam acara Kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang digelar di Taman Siring Nol Kilometer Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 22 Juli hingga 24 Juli 2022.



Foto dan teks : Bayu Pratama S



Editor : Nyoman Budhiana

Pewarta: Bayu Pratama S | Editor:

Disiarkan: 17/08/2022 12:55