Gim akhir Indonesia Open di Istora
Sejarah panjang telah menyertai kebersamaan Istana Olah Raga Gelora Bung Karno atau Istora Senayan dengan turnamen bulutangkis internasional Indonesia Open. Sejak tahun 1982, Istora telah menjadi rumah bagi turnamen bulutangkis yang kini berada pada posisi grade 2 level 2.
Namun, tahun 2023 ini rupanya akan menjadi akhir kebersamaan Istora dan Indonesia Open. Ketua Panitia Pelaksana Indonesia Open 2023 Armand Darmadji mengatakan bahwa Indonesia Open 2024 kemungkinan tidak lagi berlangsung di Istora dan berpindah ke Indoor Multifunction Stadion GBK atau Indonesia Arena.
"Istora Senayan sudah tak bisa menampung minat tinggi pecinta bulu tangkis Indonesia," kata Armand dalam konferensi pers pada Senin, 12 Juni 2023.
Dengan kapasitas sekitar 16.000 tempat duduk, Indonesia Arena digadang-gadang dapat menampung lebih banyak pecinta bulu tangkis pada Indonesia Open dibandingkan Istora yang hanya berkapasitas 7.000 tempat duduk.
Saat ini pembangunan Indonesia Arena sedang dalam tahap penyelesaian akhir dan rencananya akan digunakan sebagai venue Piala Dunia Basket atau FIBA World Cup 2023 pada Agustus 2023.
Sementara itu, Indonesia Open di Istora Senayan telah mendapat tempat tersendiri di hati para pebulu tangkis top dunia. Nama-nama seperti Chou Tien Chen (China Taipei), Carolina Marin (Spanyol), Viktor Axelsen (Denmark), Ratchanok Intanon (Thailand), An Se Young (Korea Selatan), Jonatan Christie, dan Anthony Ginting (Indonesia) yang kini berlaga di Indonesia Open 2023 memiliki banyak kenangan di gedung olah raga serba guna yang dibangun pada 24 Agustus 1962 itu.
Dengan kebisingan suara suporter yang tinggi, Istora Senayan dianggap sebagai tempat yang intimidatif bagi sebagaian pebulutangkis top itu. Energi para suporter yang hadir seakan tidak ada habis-habisnya dalam meneriakkan dukungan kepada pebulu tangkis idola mereka, meskipun bukan pebulu tangkis dari Indonesia.
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie menganggap Istora sangat ikonik dan berbeda dengan venue lain di Indonesia maupun luar negeri.
"Dibilang nyaman sih bukan, tapi semangatnya bisa berkali-kali lipat karena dukungan penonton," kata atlet yang akrab disapa Jojo itu.
Tidak hanya bagi pebulu tangkis Indonesia, Istora juga mendapat tempat khusus pada hati pemain negara lain, salah satunya pebulu tangkis tunggal putri Spanyol Carolina Marin.
"Istora adalah arena yang sangat spesial, saya punya banyak kenangan baik di sini," kata pebulu tangkis Spanyol Carolina Marin. Peringkat ke-6 dunia tunggal putri itu merasa Istora seperti rumah baginya karena banyak kenangan yang dialaminya, dari memenangi sejumlah turnamen hingga cedera berat pertama yang dia derita pada 2019 saat turnamen Indonesia Masters. Sejak saat itu, pemulihan berlangsung dengan berat, hingga akhirnya ia bisa kembali tampil sebagai finalis Indonesia Open 2023. Istora menjadi tempat yang spesial bagi Marin.
Seperti Marin, Istora juga telah meninggalkan kesan positif bagi pebulu tangkis Denmark Viktor Axelsen. Bahkan dia merasa sedikit terpukul dengan dialihkannya Indonesia Open ke lokasi lain.
Axelsen menyayangkan Indonesia Open tidak akan lagi berlangsung di Istora karena menurutnya gedung olah raga tersebut sangat legendaris.
"Apalagi kami mendapat banyak cinta dari penggemar bulu tangkis Indonesia dan kami sangat menghargai itu,"kata Axelsen yang meraih juara ketiganya berturut-turut di Indonesia Open pada 2023 ini.
Meski sedikit kecewa dengan berakhirnya Indonesia Open di Istora, Axelsen bersama para pebulu tangkis top dunia lainnya berharap venue baru di Indonesia Arena akan memberikan suasana yang lebih meriah serta membuka sejarah baru bagi dunia bulu tangkis Indonesia dan dunia.
Teks dan Foto : Aditya Pradana Putra
Editor : Andika Wahyu
Pewarta: Aditya Pradana Putra | Editor:
Disiarkan: 19/06/2023 13:30