Manfaatkan kulit kayu terap menembus pasar ekspor
Pulau Kalimantan memiliki kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya pohon terap yang hanya bisa ditemui di pulau tersebut. Tumbuhan dengan nama ilmiah Artocarpus odoratissimus itu merupakan sejenis pohon buah dari marga pohon nangka yang buahnya serupa nangka kecil dengan bau wangi yang kuat. Tidak hanya buahnya yang bisa dikonsumsi, kulit pohon terap ternyata dapat juga dimanfaatkan menjadi berbagai produk kerajinan bernilai ekonomi.
Potensi itulah yang kemudian menarik minat pengusaha kriya asal Tarakan, Kalimantan Utara, Agatha Chelsea Fangessa (54) untuk mengubah lembaran kulit kayu terap menjadi kerajinan tas jinjing, tas tangan, dan singal atau ikat kepala khas Kaltara.
Sejak tahun 2014, pemilik usaha kerjainan Marco Handmade itu mengolah kulit kayu terap menjadi tas tangan berbentuk tabung, hingga tas jinjing dengan kombinasi batik atau tenun. Selain itu, ia juga banyak menerima permintaan custom dari pelanggan.
Untuk membuat tas atau singal, Chelsea mendapatkan bahan baku lembaran kulit kayu terap dari perajin lain di Tarakan. Lembaran-lembaran kulit kayu itu kemudian dijemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari sekitar tiga hari sampai benar-benar kering lalu diratakan dengan cara dipalu agar permukaannya rata untuk memudahkan proses penjahitan.
Proses selanjutnya adalah menjiplak pola tas yang akan dibuat kemudian dipotong dan mulai dijahit. Keunikan dari produk tas kulit kayu tampak dari desain yang menarik dengan kombinasi ciamik antara batik atau tenun berbagai warna dan motif menjadi daya tarik dan nilai jual tersendiri.
Dalam mengembangkan usahanya, Chelsea mendapatkan dukungan dari pemerintah agar usahanya lebih besar lagi sehingga produk yang dibuatnya mampu menembus pasar ekspor Amerika dan Asia. Pemerintah ikut membantu memberikan bimbingan dan arahan hingga bisa memiliki hak paten untuk merek dan produk tas kulit kayu desainnya. Selain itu diajarkan juga mengenai digital marketing dan pengelolaan perusahaan, mengingat besarnya pasar serat alam ini terutama di mata asing.
Dukungan lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan menggelar Festival Karya Kreatif Benuanta yang menjadi bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia Aja (BBWI) untuk menggali sumber ekonomi baru yang potensial bagi Kaltara, khususnya UMKM, yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional.
Melalui ajang Gernas BBI, dengan dukungan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank Indonesia, dan pemerintah pusat yang begitu besar untuk membuka pasar dan meningkatkan bisnis para pelaku UMKM sehingga dapat terus mendorong bisnis ekonomi kreatif dan UMKM menjadi lebih maju lagi dan lebih dikenal luas di Indonesia bahkan Internasional.
Foto & Teks : Yulius Satria Wijaya
Editor : R. Rekotomo
Pewarta: Yulius Satria Wijaya | Editor:
Disiarkan: 17/09/2023 16:12