Swadaya mendaur ulang alat peraga kampanye

Sebuah pesan ajakan untuk menjadi relawan pembersihan spanduk alat peraga kampanye (APK) diunggah melalui media sosial yang dilakukan secara kolektif oleh Jangjo Indonesia di Jakarta.
Sejumlah relawan bersiap membersihkan spanduk alat peraga kampanye yang dilakukan secara kolektif oleh Jangjo Indonesia di Jakarta.
Sejumlah relawan berfoto dan menunjukkan alat yang digunakan untuk mencopot spanduk alat peraga kampanye di Jakarta.
Sejumlah relawan mencopot spanduk alat peraga kampanye di Jakarta.
Seorang relawan memotong kawat saat mencopot spanduk alat peraga kampanye (APK) di Jakarta.
Sejumlah relawan mencopot spaduk alat peraga kampanye di Jakarta.
Sejumlah relawan mengumpulkan spanduk alat peraga kampanye yang telah dicopot untuk diolah di tempat pengolahan limbah plastik di Jakarta.
Seorang relawan, Mona (20) berpose dengan spanduk alat peraga kampanye yang dikumpulkan di Jakarta.
Pekerja memasang alat cetak untuk pengolah spanduk alat peraga kampanye untuk dijadikan bahan perabotan di Jakarta.
Pekerja memasukkan spanduk alat peraga kampanye ke dalam mesin pengolahan untuk dijadikan bahan perabotan di Jakarta.
Pekerja membawa batang hasil pengolahan spanduk yang akan dijadikan perabotan di Jakarta.
Bangku dan kursi hasil olahan plastik dan spanduk alat peraga kampanye di Jakarta.

Sejumlah relawan yang diinisiasi Jangjo Indonesia memulai gerakan untuk mengumpulkan spanduk dan poster alat peraga kampanye (APK) di kawasan Jakarta Barat pada 12 Februari 2024, saat mulai berlakunya masa tenang kampanye Pemilu 2024.

Setiap relawan membawa gunting serta cutter untuk memotong APK yang tertempel di pagar maupun di batang pohon. Spanduk serta poster yang terkumpul tersebut akan diolah menjadi bahan yang lebih bermanfaat, karena menurut mereka penggunaan spanduk sebagai bahan kampanye sudah tidak tepat digunakan lagi di era digital saat ini.

 

“Aku sih enggak akan memilih calon yang sering aku liat, apalagi dia pasang spanduk terus memaku di pohon, karena keliatan dia tidak perduli dengan mahluk hidup juga,” ujar salah satu relawan yang juga seorang pemilih pemula Mona (20).

 

Selain itu, penggunaan sistem promosi digital juga dapat dilakukan secara maksimal dibandingkan harus mencetak alat peraga, para calon legislator hanya perlu membayar biaya iklan pada layanan media sosial. 

 

“Seharusnya daripada bayar cetakan mahal mending mereka manfaatkan media sosial dengan membayar biaya iklan, dan kayaknya lebih murah dibandingkan harus cetak, terus enggak mereka pakai lagi,” kata pria berkacamata yang juga turut menjadi relawan untuk mengumpulkan spanduk dan banner Nevin (22).

 

Media promosi berupa spanduk dan poster yang terkumpul tersebut selanjutnya mereka bawa ke tempat pengolahan limbah plastik. Barang-barang tersebut kemudian diolah dengan cara dimasukkan ke dalam alat pemanas untuk dilelehkan dan dicetak kembali dalam bentuk batangan.

 

Proses daur ulang hingga menjadi batangan plastik tersebut kurang lebih memakan waktu 10 sampai 15 menit saja. Selanjutnya batangan plastik yang telah terbentuk tadi dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan berbagai perabot pengganti kayu atau besi seperti meja maupun kursi.

 

Foto & Teks  : Muhammad Adimaja

Editor             : Puspa Perwitasari

 

Pewarta: Muhammad Adimaja | Editor:

Disiarkan: 15/02/2024 14:07