Dari Chengdu untuk Paris 2024
Piala Thomas dan Uber 2024 di Chengdu, China telah usai. Penyerahan trofi juara kepada China dari Presiden Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) Poul-Erik Hoyer Larsen penanda berakhirnya kompetisi bulutangkis beregu paling prestisius ini.
Indonesia memang cuma meraih gelar runner-up di ajang tersebut setelah dikalahkan China, tapi pencapaian ini sudah terbilang luar biasa terutama untuk tim Uber.
Butuh waktu 16 tahun bagi Indonesia yang kini Komang Ayu, Gregoria Mariska Tunjung, Ester Nurumi Tri Wardoyo, Apriyani Rahayu, Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan lainnya, untuk menembus partai puncak Piala Uber. Terakhir Indonesia melaju ke final Uber pada 2008.
Perjuangannya tidak mudah, karena membutuhkan proses yang cukup panjang dan berat bagi skuad yang mayoritas diisi pemain muda tersebut.
Tidak ada yang menyangka bahwa para srikandi muda Tanah Air ternyata dapat membuktikan bahwa mereka bisa melangkah dan mengukir sejarah dengan melaju hingga babak final, sebelum takluk 0-3 dari China yang memang superior.
Tapi, perjuangan menuju ke sana memang tidak mudah karena mereka harus melewati perlawanan negara-negara unggulan seperti Jepang di fase grup, lalu Thailand dan juara bertahan Korea Selatan di babak gugur.
Sementara itu untuk Tim Thomas, skuad yang berisikan pebulu tangkis putra terbaik tanah air seperti Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Chico Aura Wardoyo, pasangan Muhammad Rian Ardianto/Fajar Alfian dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana juga berhasil melaju final untuk tiga edisi beruntun, setelah 2020 dan 2022. Wajar ada ekspektasi tinggi di pundak Jonatan dan kawan-kawan untuk bisa membawa pulang gelar seperti halnya di Aahrus, Denmark empat tahun lalu. Apalagi dua tahun lalu mereka harus menelan kekalahan mengejutkan 0-3 dari India.
Laju tim Thomas Indonesia sedari fase grup juga tidak mudah-mudah amat karena harus melewati juara bertahan India. Lolos ke babak perempatfinal, Indonesia kemudian melewati adangan Taiwan dan Korea Selatan.
Namun, Indonesia gagal menambah koleksi 14 gelar setelah kalah 1-3 dari China. Lagi-lagi para Arjuna-Srikandi harus takluk di tangan Negeri Tirai Bambu.
Hasil yang impresif tentu tak lepas dari daya juang tinggi serta perjalanan panjang untuk menempa diri — baik secara fisik maupun mental. Ekspektasi yang tinggi rasanya perlu diimbangi dengan konsistensi, agar tradisi juara bisa tetap dijaga. Meski gagal membawa medali juara, Indonesia setidaknya bisa mendapat suntikan moral untuk menyabet target utamanya tahun ini, yakni medali emas Olimpiade Paris 2024.
Bisakah Merah-Putih mewujudkannya?
Foto dan teks : Galih Pradipta
Editor : Puspa Perwitasari
Pewarta: Galih Pradipta | Editor:
Disiarkan: 27/05/2024 15:30