Kreatifitas olahan sampah plastik menjadi berkah

Anggota kelompok Wiralodra memakai sarung tangan saat mengumpulkan sampah rumah tangga di pemukiman warga di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
Papan informasi yang menunjukkan jenis sampah plastik yang bisa diolah di Workshop Wiralodra, di Balongan, Indramayu.
Anggota kelompok Wiralodra memilah jenis sampah plastik sebelum dimasak menjadi bahan baku kerajinan di Balongan,
Anggota kelompok Wiralodra menunjukkan cacahan sampah plastik sebelum dimasak menjadi bahan baku kerajinan di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
Anggota kelompok Wiralodra memasak cacahan sampah plastik untuk bahan kerajinan dengan kompor berbahan bakar minyak jelantah di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (26/6/2024).
Anggota kelompok Wiralodra mencetak adonan sampah plastik untuk bahan kerajinan dengan kompor berbahan bakar minyak jelantah di Balongan, Indramayu.
Anggota kelompok Wiralodra memeriksa kualitas produk kerajinan dari bahan limbah plastik di Balongan.
Anggota kelompok Wiralodra mengolah cetakan limbah plastik untuk kerajinan di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
Foto kolase berbagai macam kerajinan dari olahan limbah plastik seperti plakat, kotak tisu, meja kursi dan papan nama hasil karya kelompok Wiralodra di Balongan, Indramayu.
Mamat (tengah) beserta anggota kelompok Wiralodra berpose menunjukkan salah satu hasil kerajinan dari bahan limbah plastik di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Masalah sampah plastik di Tanah Air merupakan perkara serius yang mempengaruhi lingkungan, kesehatan masyarakat hingga keberlanjutan ekosistem, dan menjadi isu besar yang memberi dampak pada kehidupan generasi mendatang.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdapat 69 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia sepanjang 2022 dengan 18,2 persen atau 12,5 juta ton adalah sampah plastik, dan tidak sedikit dari jutaan ton sampah plastik itu berakhir menumpuk begitu saja dan terus meningkat setiap tahunnya.

Melihat permasalahan tersebut, Matori (49) warga dari desa Balongan, Kecamatan Balongan, Indramayu berupaya andil dalam upaya penanganan sampah di wilayah tempat tinggalnya. Sejak tahun 2019 Mamat panggilan Akrab Matori menginisasi pembentukan kelompok Wilayah Masyarakat Pengelola Daur Ulang Sampah (Wiralodra) yang berfokus mengolah sampah yang mereka kumpulkan dari rumah warga untuk dijadikan pakan budidaya maggot dan menjual sampah plastik ke pengepul yang ada di desa sebelah.

Seiring berjalannya waktu, Mamat membawa Kelompok Wiralodra berkolaborasi dengan komunitas Teman Istimewa dan mulai fokus untuk mengolah sampah plastik. Bersama komunitas tersebut, Mamat mempelajari berbagai jenis sampah plastik yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai macam kerajinan, sehingga mereka berhasil membuat alat untuk memasak sampah plastik yang diolah menjadi sebuah plakat dan laku dijual.

Jenis sampah plastik HDPE dan PET seperti tutup botol, helm bekas, ember bekas biasanya akan dilebur dan dicetak menjadi lembaran papan plastik yang menghasilkan motif warna-warni yang abstrak dan akan lebih bernilai seni apabila diolah menjadi kerajinan.

Proses pengolahan kerajinan dari sampah plastik tersebut biasanya dimulai dari memisahkan jenis sampah, warna dan ukurannya, setelah sampah itu dipilah, lalu dicacah menggunakan mesin pencacah hingga berukuran kecil supaya dalam proses memasak akan lebih mudah melebur.

Setelah itu hasil cacahan sampah plastik dimasak menggunakan kompor berbahan bakar minyak jelantah limbah dari rumah tangga, selayaknya memasak dodol, cacahan sampah plastik dimasak dan terus diaduk-aduk kurang lebih sekitar 2 jam hingga menghasilkan adonan dengan kualitas yang bagus.

Adonan tersebut akan dicetak ke dalam mesin cetakan (molding) sampai membeku dan menghasilkan lembaran olahan plastik dengan warna abstrak dan siap digunakan untuk bahan dasar pembuatan kerajinan.

Bersama Komunitas Teman Istimewa, cetakan itu diolah dan didesain menjadi karya kerajinan seperti, plakat, meja-kursi, tempat tisu dan jam dinding. Kerajinan seperti plakat dan jam dinding biasanya dijual seharga Rp300 ribu hingga Rp600 ribu tergantung motif dan ukurannya, sementara untuk meja dan kursi biasanya dijual seharga Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juga per set dengan jumlah pesanan rata-rata sebanyak 20 hingga 50 per bulan.

Dari hasil penjualan olahan kerajinan berbahan limbah plastik itu Mamat mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah. Dalam sebulan Mamat mampu mengolah sampah plastik sebanyak 200 kilogram hingga 500 kilogram sampah plastik jenis PET dan HDPE, adapun sampah plastik yang belum bisa dimanfaatkan untuk kerajinan seperti jenis PVC dan LDPE serta sampah plastik kresek masih dijual ke pengepul.

Bersama kelompoknya, Mamat berharap upaya yang dilakukannya bisa mengurangi pencemaran sampah plastik serta dapat menjadi ruang inklusi bagi masyarakat untuk  mendorong kesadaran masyarakat agar dapat mengelola sampah dengan benar dan bisa mengurangi pencemaran lingkungan. 


Foto dan teks : Dedhez Anggara
Editor : Fanny Octavianus

Pewarta: Dedhez Anggara | Editor:

Disiarkan: 26/09/2024 22:49