YANG TERSISA DI MUARA GEMBONG

Sebuah perahu melintasi titik pertama terjadinya abrasi di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Suasana rumah penduduk yang terkena dampak abrasi di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Sejumlah anak bermain di atas perahu di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Sejumlah anak bermain di atas perahu di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Seorang nelayan menunjukkan hasil tangkapan berupa ikan kakap seusai melaut di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Sayim (43) beraktivitas di depan rumahnya yang terkena abrasi di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Mobil sisa masa keemasan yang terparkir di depan rumah warga di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Suasana rumah warga yang hancur terkena dampak abrasi di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Suasana rumah warga yang terkena dampak abrasi di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Suasana makam yang terkena dampak abrasi di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Dua anak berkendara melintas di antara pohon bakau di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Tumbuhan bakau di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Seekor kambing melintas di antara tumbuhan bakau di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.

Hamparan tambak mati, pohon bakau yang berada di depan rumah, dan sejumlah batu nisan yang tergenang oleh pasangnya air laut menjadi bagian yang tidak terpisahkan di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi yang telah terkikis oleh abrasi.

Di antara area tambak mati yang luas dan pepohonan bakau berdiri sebuah rumah yang berukuran empat kali enam meter milik Sayim (43) ketua RT 03 RW 02 di kampung tersebut.

Tahun 1998 Muara Gembong sangatlah kaya, bagaimana tidak, hampir semua warga di sana memiliki tambak yang jika panen bisa mendapatkan keuntungan yang sangat besar. “Sekali panen di tambak bisa sampai dua juta bang”, ungkap sayim seraya menghisap rokoknya.

Tidak sampai satu dekade semuanya telah berubah. Masa keemasan di sana hanya berjalan sejak tahun 1998-2005. Pada tahun 2005 hingga kini ladang tambak mulai tergenang banjir, ikan dan udang sering hilang terbawa pasangnya air laut. Ketamakan dan keserakahan manusia mengakibatkan abrasi yang sudah mulai mengikis bibir pantai hingga rumah-rumah warga di sana.

“Yah kita gak akan pernah tahu lima atau enam tahun lagi masih ada atau tidak Muara Gembong”, tuturnya.

Sebagian warga memilih meninggalkan rumah mereka yang sudah tidak layak karena terkikis abrasi, namun sebagian memilih tetap bertahan dengan alasan perekonomian yang tidak berpihak kepada mereka.

Terlebih saat purnama datang, disitulah titik ketakutan dan kecemasan para warga yang masih bertahan menunggu giliran rumahnya tersapu oleh abrasi. “Kalau bulan purnama seperti ini saya cemas bang, air laut pasti pasangnya tinggi dan kemungkinan bisa masuk ke dalam rumah saya’’. Tutup Sayim.

Kini Muara Gembong hanya bisa berharap kepada Tuhan, anak-anak generasi penerus yang masih bertahan di sana dan segenggam bibit tanaman bakau.


Foto dan Teks: Rivan Awal Lingga

Pewarta: Rivan Awal Lingga | Editor:

Disiarkan: 20/06/2017 18:00