Ketika Kala Menelan Cakrawala

Citra hakiki metropolis Jakarta adalah waktu. Sepertiga dari segenap pergerakan jarum jam para pekerja akar rumput dan golongan berdasi yang tidak benar-benar putih (kelas menengah), sehari-harinya sesungguhnya dihabiskan untuk berangkat ke kantor dan kembali ke rumah. Perjalanan panjang menjemukan yang terpaksa menjadi pengantar rutinitas mereka sebagai insan urban yang pastinya sangat melelahkan fisik dan merontokkan psikis.

Setidaknya itulah yang tampak dari keseharian orang-orang kebanyakan yang memilih bekerja dan bermata pencaharian di Jakarta. Mereka adalah warga urban posmopolitan. Yang cuma memiliki secuil keceriaan pada setiap pagi hari, sampai raut kuyu, saat mereka menerima pelukan keluarga yang menyambut kepulangan mereka di gerbang pondok masing-masing, mungkin, di salah satu hunian pinggiran Jakarta.

Hanya sebentar waktunya untuk bercanda dan berkumpul bersama keluarga sebelum terlelap dan membiarkan mimpi indah membuai di sejengkal malam. Detik-detik selanjutnya tepat saat mereka terjaga di pagi buta, kekerasan hidup dan hiruk pikuk ibukota telah menyambut mereka kembali. Kehidupan yang praktis ditentukan waktu, karena sang kala yang berkuasa menelan malam dan memuntahkan pagi hari. Welcome to the concrete jungle.

Pameran pewarta foto Belgia, Thibault Gregoire (lahir 1970), bertajuk Regards Croisés (Silang Pandang) yang merupakan kolaborasi Galeri Foto Jurnalistik Antara dan CCF Jakarta di Galeri Foto Jurnalistik Antara ini, setidaknya mencoba menyampaikan perihal urban dan waktu. Tentunya versi Thibault. Detik demi detik. Dari suatu pagi ke pagi berikutnya, seraya menentukan titik-titik lokasi yang dipandangnya mewakili apa yang menjadi representasi dari konsepnya perihal sang kala.

Menyapa waktu dan karya Thibault, maka enam fotografer belia alumni workshop reguler Galeri Foto Jurnalistik Antara, masing-masing Audi Karina Budiman (lahir 1989), Natasha Gabriel Tontey (1989), Tasya Anindita (1988), Lintang Sunarta (1986), Elizabeth Zefanya (1991), Chitra Frahamdiyani (1985), dan seorang pewarta foto muda Kantor Berita Foto Antara, Fanny Octavianus (lahir 1977) membalaskan lambaiannya

Hasilnya, 97 karya fotografi yang tersusun menjadi mosaik waktu. Mengendapkan batas-batas negara menjadi dimensi untuk kita bisa kita simak sebagai cerita dari bumi. Karena mereka bersulang untuk merambahkan berbagai kisah-kisah visual perihal waktu. Suatu Silang Pandang yang disatukan oleh sang kronos.

Antara cerita Thibault yang berpengalaman sebagai seorang jurnalis kala mencoba menuturkan etos, tekstur profesi anatomi serta parodi warga kota Jakarta melalui rekaman lensanya, dengan pengalaman mata tujuh fotografer Indonesia yang mengunjungi sejumlah kota di Eropa. Merangkai apa yang mereka saksamai menjadi komposisi perjalanan yang subyektif. Sebentuk Silang Pandang, yang membarter waktu di zona geografis bumi dengan menghamparkan atmosfir dan komentar petualangan mata mereka tuk kita nikmati dengan riang dan merdeka.

* Oscar Motuloh, kurator Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA)

(Foto-foto dicuplik dari poster resmi pameran foto Silang Pandang dan Kemayoran karya Thibault Gregoire)

Pewarta: Oscar Motuloh * | Editor:

Disiarkan: 08/03/2010 12:45