Berebut Tahta Yang Tertunda
Apa yang ada di benak Alex Ferguson saat Manchester United yang diasuhnya berhadapan lagi dengan Liverpool hari Minggu nanti? Ada dua kemungkinan. Pertama, dia merasa enjoy dengan superioritas pasukannya dan menganggap enteng Liverpool yang belum juga membaik sepeninggal Rafael Benitez. Kedua, Fergie tetap saja ketar-ketir karena Liverpool tetaplah Liverpool, yang selalu punya motivasi ekstra tinggi saat bertarung melawan Si Setan Merah.
Apapun, perseteruan kedua klub ini selalu menarik untuk dinikmati. Menyaksikannya bak menonton drama kolosal yang diperankan 22 aktor dengan dua sutradara, plus ribuan figuran yang siap melakoni adegan teror mental di sekeliling panggung. Kali ini mereka akan membawakan bagian pertama dari lakon "Tahta ke-19 Yang Tertunda". Mahkotanya berupa cawan perak yang dijaga dua ekor singa dari The Three Lions, lambang supremasi sepakbola Inggris. Kedua klub, yang sama-sama pernah menjadi kampiun liga utama Inggris 18 kali (bernama Liga Premier sejak 1992), gagal meraih mahkota ke-19 musim lalu lantaran digondol kabur oleh Chelsea.
Siapakah nanti yang menepuk dada sebagai "Singa ke-3", panglima yang berhak mengangkat mahkota di akhir perang tahun depan? Steven Gerrard atau kapten baru MU pengganti Gary Neville? Jangan-jangan John Terry lagi atau malah Cesc Fabregas? Belum ada yang berani memastikannya karena Liga Primer baru berjalan empat pekan. Segala kemungkinan masih bisa terjadi meski Chelsea dan Arsenal mulus meniti puncak klasemen sementara.
Jika Liverpool menang di Old Trafford Minggu nanti, raihannya akan menyamai United yang baru mengumpulkan 8 poin dari empat pertandingan. Posisi ini jelas akan menyulitkan Rooney dkk yang kini menguntit persis di belakang Arsenal (10) dan Chelsea (12). Padahal pada pekan yang sama, Chelsea "hanya" akan bertemu dengan Blackpool, sementara Arsenal "cuma" berhadapan dengan Sunderland. Jika ingin posisinya tetap aman, menekuk Liverpool adalah keharusan buat United.
"Laga seperti ini selalu bagus buat menggembleng semangat dan percaya diri," kata Rio Ferdinand, bek yang kembali membentengi United setelah pulih dari cedera. "Anda harus mengalahkan rival-rival terdekat Anda, jadi memenangi pertandingan ini sangat bagus untuk mengangkat moral tim."
Ferdinand tampak optimis laga kali ini adalah milik United. Selain akan diuntungkan karena bermain di kandang, Liverpool masih belum melihat performa terbaik dari mesin golnya, Fernando Torres, sejak kembali bermain dari cedera berkepanjangan. Padahal dulu, bintang Liverpool itu sempat menjadi momok yang menakutkan bagi barisan pertahanan lawan.
Duo Torres-Gerrard vital bagi Liverpool. Pada musim 2008/2009, Liverpool adalah runner-up di belakang Manchester United dengan perolehan 77 gol, 30 di antaranya dilesakkan oleh kedua bintang. Jelang akhir musim lalu, saat Liverpool menghadapi Birmingham City 4 April 2010, Rafa menarik Torres keluar pada menit ke- 65. Liverpool mengumumkan bahwa El Nino akan absen bermain lantaran cedera lutut. Di akhir musim, posisi Liverpool anjlok ke urutan 7 dengan perolehan hanya 61 gol, jauh di bawah Si Setan Merah yang menjadi runner-up dengan koleksi 86 gol.
Sejak itulah Liverpool seperti "bukan lagi Liverpool", anggota tetap The Big Four yang selalu lolos ke putaran final Liga Champions. Klub kota pelabuhan itu harus menerima kepindahan pelatihnya ke Inter Milan. Yossi Benayoun, gelandang kreatif yang sigap bermain di berbagai posisi, tak kuasa menolak pinangan Chelsea. Javier Mascherano, kunci lapangan tengah, juga terpaksa dilepas ke Barcelona. Masuknya Joe Cole memang diharapkan bisa menambal lapangan tengah. Tapi pagi-pagi alumni Chelsea itu sudah diganjar kartu merah dan harus absen di tiga laga.
Meski Torres telah kembali bermain dan Liverpool kini ditangani bos baru Roy Hodgson, The Reds masih belum on-the-track. Kondisi pemain Spanyol itu belum top markotop sehingga kerap membuat serangan menjadi tak bertaji. Dia sering kehilangan bola dan tampak kurang semangat. Tapi, adilkah menuding Torres sebagai satu-satunya kambing hitam? Jelas tidak, operan bola dari tengah juga sering telat dan tidak akurat. Hodgson malah mengaku puas atas kontribusi Torres dan percaya bahwa El Nino akan "lebih baik dan semakin baik".
Bagaimana dengan Manchester United? Sepeninggal Cristiano Ronaldo dan Carlos Tevez, United ternyata masih digdaya. Kalau pun trofi Liga Primer berpindah tangan ke Chelsea musim lalu, hal itu lebih disebabkan oleh faktor keberuntungan. Sama-sama menang 27 kali, Chelsea unggul hanya 1 poin di atas United. Cedera yang dialami Rooney di penghujung musim, sedikit banyak mempengaruhi performa mereka. Gelar juara akhirnya lepas. Rooney pun gagal menjadi top scorer karena raihannya disalip Didier Drogba.
Sayang, mengaawali musim yang baru ini laju United agak tersendat. Di empat pertandingan awal, United harus puas berbagi poin dengan Fulham dan Everton, sementara Chelsea dan Arsenal masing-masing menang empat dan tiga kali. Banyak pengamat menuding pemilik United terlalu pelit membeli pemain baru untuk mengganti mereka yang hengkang atau termakan usia. Menghadapi musim ini United hanya mendatangkan Javier Hernandez dan Chris Smalling, sehingga jago-jago tua macam Ryan Giggs, Edwin van der Sar, Paul Scholes, masih sering diturunkan Ferguson.
Menghadapi Liverpool Minggu nanti, Fergie pasti memilih skuad terbaiknya sebagai starter. Seperti biasa, United akan berusaha mendominasi penguasaan bola meski Liverpool tetap punya kekuatan merobek pertahanan The Red Devils. Dengan Rooney dan Dimitar Berbatov sebagai tukang gedor, Nani kemungkinan akan dipasang di sayap kanan sementara Ji-Sung Park dan Ryan Giggs membantu dari kiri. Di kubu lawan, Liverpool kemungkinan akan menurunkan empat pemain kuncinya: Torres, Gerrard, Jamie Carragher dan Pepe Reina. Selebihnya adalah Glen Johnson plus enam wajah baru (Joe Cole, Brad Jones, Paul Konchesky, Christian Poulsen, Milan Jovanovic dan Raul Meireles).
Setiap laga MU vs Liverpool selalu pantas untuk dinikmati. Lantaran yang bertanding bukan hanya dua tim sepakbola, tapi juga seluruh warga di kedua kota. Uniknya, perseteruan itu telah berlangsung sejak satu setengah abad lalu. Saat Inggris dilanda revolusi industri, Liverpool adalah kota pelabuhan yang ramai dan Manchester berkembang menjadi kota industri. Tahun 1887-1894, sebuah kanal dibangun di Manchester yang mengundang kapal-kapal datang ke kota itu tanpa mampir dulu di Liverpool. Akibatnya, ribuan buruh pelabuhan menjadi pengangguran. Sejak itulah api kebencian mulai bertiup ke arah Manchester. Mengalir jauh hingga ke pembuluh darah para pemain dan pendukung sepakbola di kedua kota.
Dengan segala hormat buat pendukung The Blues dan The Gunners, mari lupakan sejenak eforia pesta gol Chelsea dan Arsenal. Lupakan dulu dua skor imbang yang dialami MU saat dijamu Fulham dan Everton. Jangan lagi menengok posisi Liverpool yang masih berada di urutan 13. Kita nikmati saja pertarungan klasik ini dengan menyesap kopi panas, "sepanas" suasana stadion Old Trafford yang akan menjadi tuan rumah Minggu malam nanti.
Anton Santoso
Webmaster antarafoto.com dan penikmat sepakbola Inggris
Foto: Wayne Rooney (Reuters/Stefan Wermuth) dan Steven Gerrard (AFP/Glyn Kirk)
Pewarta: Anton Santoso | Editor:
Disiarkan: 18/09/2010 20:07