El Clasico, Akibat Ulah Jenderal Franco

Setelah beberapa kali bersitegang soal waktu yang tepat untuk menggelar "El Clasico", akhirnya otoritas Liga Spanyol menetapkan duel Real Madrid vs Barcelona itu bakal dilaksanakan pada hari Senin (29/11) waktu setempat di Nou Camp. Sebelumnya, Barca menolak laga digelar Sabtu atau Minggu mengingat pada saat yang sama di kota itu akan digelar pemilihan Walikota Catalan.

Meski pertandingan yang sarat gengsi itu masih dua pekan mendatang, namun genderang "perang" antar dua kesebelasan sudah mulai ditabuh. Persaingan dua klub di negeri Raja Juan Carlos itu sudah mulai menebarkan "aire caliente" di seluruh negeri. Beragam komentar pun sudah mulai menghiasi halaman-halaman depan media cetak di negeri itu.

Seperti dilansir Goal.com, perbedaan waktu pertandingan ini dikomentari penjaga gawang nomor satu Barcelona Victor Valdes. Menurut dia, seharusnya laga itu dimainkan pada hari Sabtu atau Minggu yang merupakan agenda akhir pekan, karena bertanding pada Senin dapat merusak nuansa laga besar itu.

Mezut Ozil, gelandang Los Merengues asal Jerman, mengungkapkan bahwa dirinya tak peduli kapan El Clasico digelar. "Saya belum pernah bermain di hari Senin, namun ini merupakan laga yang indah dan kami siap memenanginya," katanya seperti dikutip situs resmi El Real.

"Barca dan Madrid sama saja, tak satu pun berada dalam kondisi yang lebih baik. Yang diharapkan adalah hasil akhir, bukan situasi menjelang pertandingan. Kami harus fokus untuk itu dan percaya diri", tambah Ozil.

Bek Madrid asal Brasil, Kepler Laveran Lima Ferreira alias Pepe, ikut meramaikan aroma persaingan dengan mengatakan bahwa meninggalkan Nou Camp sebagai pemenang akan menjadi hal yang sangat penting.

Tak ketinggalan, maha bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, ikut berkomentar, "Barcelona tim yang komplit, kami ingin seperti mereka. Saya harap, kami bisa jauh lebih dari mereka," tuturnya.

"Duel El Clasico merupakan pertandingan hebat dan sangat spesial. Namun bukanlah laga pertama atau terakhir yang akan kami hadapi. Kami berharap menang agar bisa terus memimpin klasemen," tambahnya.

Mengapa El Clasico begitu sangat istimewa dan penting bagi kedua tim?

El Clasico adalah dendam kesumat. Laga kedua kesebelasan tak sekedar pertarungan sepakbola, tapi juga soal harga diri. El Clasico harus dibaca sebagai "Real Madrid kontra Barcelona", bukan Real Madrid vs Valencia, atau Barcelona melawan Sevila.

Fragmennya hanya memutar ulang perseteruan panjang dua wilayah: Madrid sebagai ibukota Spanyol dan Barcelona sebagai ibukota provinsi "separatis" Catalonia.

Kisahnya diawali pada tahun 1930-an. Seorang jenderal berhaluan fasis bernama Francisco Franco yang dibantu rezim fasis Italia berhasil merebut kekuasaan dari kaum Republikan yang disokong Uni Soviet. Bersama tentara yang terdiri dari orang-orang desa, mereka berani melawan kaum borjouis yang memiliki senjata lengkap.

Jenderal Franco berkuasa di Spanyol hingga wafatnya pada 20 November 1975. Sebelumnya ia berwasiat agar pemerintahan Spanyol dikembalikan kepada keluarga kerajaan di ibukota Madrid. Namun para veteran perang saudara itu menolak untuk mengembalikan kekuasaan kepada para bangsawan Madrid. Karena takut ditangkap oleh kerajaan, mereka pun lari ke wilayah Catalan.

Jenderal Franco saat itu mencium adanya bibit-bibit pemberontakan yang dilakukan oleh dua suku bangsa yang bermukim di provinsi Catalan, yakni suku Catalan dan Basque. Ia menganggap penduduk Catalan adalah "bughat", kaum pembangkang terhadap kerajaan. Franco kemudian mengeluarkan larangan pengibaran bendera dan penggunaan bahasa provinsi Catalan.

Franco selanjutnya melakukan tindakan brutal. Pasukannya menjatuhkan bom di atas yayasan sosial milik klub Barcelona pada Maret 1938 yang mengakibatkan kehancuran di kawasan itu. Alasannya, karena FC Barcelona dianggap simbol perlawanan penduduk Catalan terhadap pemerintah. Puncaknya adalah terbunuhnya presiden Barcelona Josep Sunol.

Kebencian sang jenderal terhadap Catalan tidak berhenti sampai di situ. Sebagai penggemar berat klub sepakbola Real Madrid, dia pun merasa berhak mengatur jalannya pertandingan, sehingga pada 1941 Barcelona dipaksa untuk mengalah 1-11 dari Real Madrid.

Sejak saat itu, warga Catalan menjadikan Barcelona sebagai simbol dan alat perlawanan terhadap Jenderal Franco dan pemerintah Spanyol. Barcelona FC menjadi anti-franco.

Aura kebencian itulah yang sampai saat ini masih bersemayam di dalam hati penduduk Catalan. Maka sebagai bentuk perlawanan terhadap "warisan Franco" adalah mendukung klub kebanggaan mereka, Barcelona.

El Clasico memang fenomenal. Pamor laga ini bahkan mengalahkan big-match dua raksasa sepakbola Inggris, Manchester United dan Liverpool. Apalagi duel yang akan dihelat akhir bulan ini bakal menampilkan dua pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo dari Los Merengues dan Lionel Messi yang berkostum El Blaugrana.

Menurut catatan, sejak kali pertama digelar pada musim 1928/1929, duel klasik ini sudah berlangsung 160 kali. Dari jumlah itu, Madrid unggul 68 kali sedangkan El Barca menang 64 kali, sisanya imbang. Namun di beberapa musim terakhir, tim asuhan Pep Guardiola mencoba terus menggerus kedigdayaan Real Madrid.

Pada La Liga Primer musim ini, sampai pekan ke-11 skuad besutan Jose Mourinho masih memuncaki klasemen dengan 26 poin, selisih satu dari poin yang didapat Barcelona. Pekan lalu Real Madrid mengalahkan tim sekota Atletico Madrid dengan skor 2-0, sementara El Barca menghempaskan Getafe 3-1.

Meski di awal musim Los Blancos sempat terseok-seok karena minimnya produktivitas gol, namun mereka belum terkalahkan. The Special One, julukan Mourinho, berhasil membungkam keraguan publik soal mandulnya para striker yang dimilikinya.

Kemenangan besar 6-1 atas Deportivo La Coruna, 4-1 atas Malaga, lalu menggebuk Racing Santander dengan hasil 6-1 sudah cukup membuktikan bahwa pasukan tim ibukota itu kini menjadi tim dengan lini depan tertajam di La Liga. Memasukkan 25 gol dan kemasukan hanya lima gol.

Sementara, Barcelona yang September lalu dikalahkan 0-2 oleh klub promosi Hercules juga telah kembali ke trek juara. Akhir pekan lalu Lionel Messi cs menghancurkan Sevilla lima gol tanpa balas.

Belum lagi saat berlaga di babak 32 besar Copa del Rey tempo hari, saat Messi cs menggebuk Ceuta 5-1 dan CR9 membenamkan Real Murcia dengan skor yang sama.

Itulah rivalitas El Blaugrana dan Los Merengues. Tidak melulu dilihat berapa banyak gol yang akan bersarang atau siapa yang bakal memenangkan pertandingan. Para penikmat sepakbola di seluruh dunia juga akan disuguhkan siapa yang akan bersinar di El Clasico nanti, Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Tak ayal, laga para bintang ini bakal menyedot perhatian publik sepakbola sejagad.

Maka bolehlah disimpulkan ala kadarnya bahwa ternyata Jenderal Francisco Franco yang dulu pernah menjadi musuh nomor wahid penduduk Catalan dan dianggap pahlawan buat warga Madrid, meninggalkan El Clasico sebagai warisan bagi insan sepakbola di negeri matador.

Memang, sejatinya olahraga dan politik mesti dipisahkan. Namun apa boleh buat, politisasi terhadap keanggunan sepakbola masih terasa di berbagai belahan dunia, hingga kini. Dan para penonton seperti kita hanya bisa "menikmatinya" dengan cara masing-masing.

Imung Murtiyoso
Staf antarafoto.com dan penikmat sepakbola

Pewarta: Imung Murtiyoso | Editor:

Disiarkan: 15/11/2010 11:15