Merdeka

Merdeka

Anak-anak muda Gaza melampiaskan dedikasi atas perjuangan bangsa mereka ke dalam mural-mural yang begitu hidup di sebagian tembok kota mereka, Gaza City. Goresan kwas dan spray mereka yang bersahaja namun tegas justru yang serta-merta mengesankan penderitaan, namun sekaligus menghadirkan semangat determinasi luarbiasa demi perjuangan martabat dan kebebasan tanah air mereka. Sebentuk negara Palestina merdeka yang berdaulat penuh. Untuk itu potongan kesaksian pewarta foto Antara, Ismar Patrizki hadir bagi kita.

Ada, untuk membentuk ruang kontemplasi di cakrawala ingatan kita perihal kemutlakan jargon yang menegaskan bahwa manusia dilahirkan sama dan merdeka. Seperti yang tertera dalam editorial Revolusi Perancis atau yang menginspirasi Mukadimah UUD kita, perihal kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karenanya penjajahan harus dibasmi dari seluruh permukaan planet bumi kita. Pameran fotografi GAZA PERKASA, memang diarahkan untuk menangkap simbol-simbol ketegaran orang-orang Gaza yang mengalami penderitaan struktural yang berkelanjutan di bawah pendudukan Israel.

Dalam keterasingannya, imaji fotografi Ismar perihal kota Gaza, warga masyarakat, juga anak-anak menjadi representasi citra yang dibidiknya dalam segala keterbatasan dalam kesertaannya bersama misi kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Mari kita simak foto suatu sudut kota yang puing tembok-temboknya penuh terhujam peluru-peluru jahanam di lokasi bersejarah yang terisolasi tersebut, menyisakan saksi bisu tentang kebengisan mesin-mesin pembunuh Israel. Diambil dari suatu sudut sempit, foto itu seolah menekan kita untuk merasakan sepenggal kecil penderitaan yang sangat mereka rasakan.

Foto yang membenamkan perasaan kita ke dalam jalan-jalan di lorong sempit bangunan di pelosok sana. Seluruh materi foto dalam pameran dicetak di atas permukaan campuran metal yang ditujukan untuk mengesankan keberanian dan kekuatan solidaritas bagi siapapun di seluruh pojok dunia yang mencintai kemerdekaan seraya menjunjung perdamaian sebagai cermin keberadaan sebentuk bangsa yang bebas dan merdeka. Sementara sedan mewah berhiaskan bebungaan terlihat berhenti di depan halaman gedung pertemuan menandakan pernikahan kedua mempelai tetap berlangsung karena cinta memang selalu hidup dan abadi sepanjang masa.

Bagaimanapun, di antara misi kemanusian BSMI yang tengah berlangsung, keberadaan pemberitaan Antara Foto hadir untuk memberi kesaksian perihal puing pelanggaran HAM dan penghinaan kemanusiaan bertepatan dengan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina yang jatuh pada pembukaan pameran, 29 November 2010. Solidaritas di antara kepongahan Israel. Saat kita mengheningkan cipta, seraya mengenang bahwa Israel tak pernah memperoleh apapun dari agresi berdarah mereka terhadap orang-orang Gaza. Begitu banyak martir yang gugur demi tanah air mereka, Palestina. Namun dari sanalah benih pada visi kebebasan selalu menyiram jiwa, membulatkan tekad membara warga Gaza untuk terus melawan tirani dan penjajahan.

Bukankah telah terbukti tak ada mesin perang dan rudal sekuat apapun di muka bumi ini yang mampu menaklukkan semangat warga Gaza sebagai anak kandung Palestina? Semangat yang selalu memelihara kelanjutan kehidupan cita-cita rakyat Palestina dalam koridor perjuangan pembebasan bangsa mereka dalam wujud negara merdeka. Kemerdekaan yang harus didukung dunia demi perdamaian yang abadi di seluruh pelataran bumi kita. Karenanya tak ada cakap lain, Palestina Merdeka harus terlahirkan di tanah air mereka. Di tanah Bunda mengandung.

Oscar Motuloh
Kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA)

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 26/11/2010 16:44