Seandainya Herge Masih Hidup

Dalam gelombang yang menggoncang di perairan Atlantik menuju kesultanan Salaad yang konon berada di Maroko, seorang anak muda berjambul ditemani anjing putih yang cerdik berhasil meloloskan diri dari cengkeraman sindikat penjahat. Dalam pelariannya di geladak kapal kargo itu, dia bertemu untuk pertama kalinya dengan kapten yang kapal dan krunya dikuasai sindikat pencari harta karun pimpinan Ivanovich Sakharine (Daniel Craig). Anak muda itu tak lain adalah Tintin, figur reporter muda rekaan Herge (akronim dari Georges Remi, kartunis dan penulis asal Belgia) yang dalam petualangannya selalu ditemani anjing putih lucu nan cerdik bernama Snowy. Sementara sang nakhoda tersandera tak lain adalah Kapten Haddock (Andy Serkis, pemeran Gollum dalam trilogi Lord of the Rings), pencinta berat alkohol yang selalu menyangkal bahwa dia mabuk.

Dalam teknologi cinematografi setara Avatar arahan James Cameron, sutradara masyhur Steven Spelberg memproduksi Film animasinya yang pertama ini, "The Adventure of Tintin: the Secret of Unicorn" (1 jam 47 menit), menggandeng sejawatnya Peter Jackson, pencinta komik Tintin, yang terkenal lewat karya triloginya "Lord of the Rings". Dalam film yang menggunakan seratus kamera dengan pengarah fotografi langganan Spielberg, Janusz Kaminski (Saving Private Ryan, Schindler's List, Minority Report), mengkreasi teknologi lycra dan masker khusus yang digunakan para aktor dalam shot konvensional kemudian diolah sehingga suasana animasi dan realitas mengambang di antara fantasi penonton sepanjang menikmati premiere yang mulai ditayangkan Sabtu (12/11) di bioskop-bioskop Jakarta.

Perburuan Sakharine, yang tak lain adalah turunan terkahir bajak laut terkenal Racham Merah adalah untuk mencari tiga replika kapal layar tiga tiang bernama Unicorn, yang dahulu dinakhodai moyang Haddock bernama Francis Haddock. Di atas geladaknya pernah terjadi duel maut antara Francis versus Racham Merah yang legendaris seperti Babrbarosa pada jamannya. Rahasia harta karun ternyata ada pada berkas yang disimpan Francis dalam silindir besi kecil yang diselipkan dalam tiang layar replika kapal Unicorn yang salah satunya baru saja dikoleksi Tintin di pasar loak dalam scene awal film.

Dengan teknologi 3-D, kita dibawa ke dalam petualangan versi tafsir terbaik sejauh ini dari buah legendaris Herge yang dicintai secara global. Dalam suatu wawancara sebelum film ini dirilis, Spielberg menyitir bahwa pengangkatan kisah Tintin, karena apresiasinya yang tinggi atas karya Herge yang menginspirasi dunia. "Dengan teknologi yang ada sekarang saya berusaha membuat realitas yang sedekat mungkin dengan tafsir saya atas episode ini", kata dia kepada LA Times beberapa waktu lalu.
Jangan lupa, Spielberg juga pasti melirik pasar sebab saat ini komik petualangan Tintin, menurut LA Times, telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 60 bahasa di seluruh dunia dan bukunya dicetak lebih dari 200 juta kopi secara global.

Bagi Sakharine, dalam film ini, persoalan yang lebih mengemuka adalah dendam kesumat kepada Kapten Archibald Haddock yang moyangnya berhasil menaklukan Racham Merah. Pertemuan kali ini adalah demi harta dan dendam keluarga Sakharine. Menjawab Tintin, Haddock berkata, "Saya disandera oleh penjahat tengik yang namanya terdengar manis". Sakharine berasal dari kata yang artinya manis seperti gula. Jika kita mengamati tontonan, maka Spelberg yang selalu sukses melayarlebarkan kisah-kisah fantasi masa kecilnya, katakanlah dalam Close Encounters of the Third Kind, ET, serial Indiana Jones, dan Jurassic Park, sedikit mengolok-olok dirinya dengan membentuk karakter dirinya pada tokoh antagonis, Sakharine. Sementara sahabatnya Peter Jackson dikondisikan ke dalam profil Kapten Haddock. Suatu pilihan yang tanpa sadar mengaduk ingatan kita pada film-film yang dibuat dua sutradara ini sebelumnya.

Jaime Bell, aktor muda Inggris yang pernah ikut dalam Kingkong arahan Jackson, memerankan Tintin dengan sangat baik terimbangi dengan penampilan Snowy (sepenuhnya animasi, begitu pula Bianca Castafiore yang berhasil memecahkan kaca anti peluru yang memajang kapal Unicorn dengan lengkingan suaranya). Dalam film ini pula Snowy mulai merasakan "nikmatnya" alkohol gara-gara berkenalan dengan sang kapten yang menjadi pencinta alkohol paling tenar dalam dunia komik global. Spielberg benar, dengan teknologi secanggih Cameron (juga Robert Zemeckis dalam "Beowulf" yang flop di pasar itu) maka film ini benar-benar dapat dikendalikan sesuai dengan hasrat cinemanya (juga Peter Jackson) demi memenuhi kegandrungannya pada tokoh Tintin.

Film ini memang belum istimewa, namun dia adalah pencapaian seni hiburan yang tinggi dalam kreativitas teknis, konsep bercerita secara visual, lengkap dengan drama, konflik dan penokohan yang proporsional. Semua detil terpapar dengan baik, termasuk level penglihatan yang berubah tingginya ketika pandangan Snowy dan pandangan manusia terhampar di layar lebar. Detil itu membawa kita hanyut dalam teknologi fantasi pada realitas kisah-kisah Tintin yang komiknya memang dirancang cerdas, humanis, jenaka dan mendidik. Yang disebut terakhir karena latar belakang petualangannya selalu disertai riset sejarah dan lapangan yang referensial serta mendalam, sehingga sahih secara visual. Tintin sekaligus mengangkat kembali pelataran jurnalisme ke hadapan kita. Profesi yang selalu krusial sepanjang jaman, sayang, seandainya Herge tak wafat pada 1983, mungkin dia akan membawa Tintin untuk kembali bertualang di Indonesia yang hutan dan alamnya tak lagi sama seperti saat mereka berkumpul dalam episode Penerbangan 714 yang seru itu. Tapi juga menyusuri belantara korupsi dan ketidak-adilan, serta "skandal-skandal" jenaka yang sungguh-sungguh terjadi di negeri kita yang tercinta ini.

oscar motuloh
kurator dan pencinta cinematografi

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 13/11/2011 17:47