Yes! Yes Manggung di Jakarta
Jika tidak ada aral melintang, salah satu ikon progressive rock dunia asal Inggris, Yes, bakal menggelar aksi panggungnya di Indonesia 24 April mendatang. Para penggemar di Jakarta dipastikan bakal bisa menikmati nomor-nomor klasik yang biasa dibawakan Yes kala manggung, seperti Roundabout, Starship Trooper, Siberian Khatru, And You and I, Owner of the Lonely Heart dan lainnya. Namun begitu, tampaknya penonton bakalan tak bisa menikmati suara bening ciamik sang legenda vokalis Jon Anderson, yang memang sudah beberapa tahun meninggalkan band. Namun jangan khawatir, suara bening itu bakal dilantunkan oleh Jon yang lain, vokalis baru Jon ‘Joano’ Davison, yang naga-naganya hampir mirip dengan Jon Anderson.
Ya, Yes dalam rangkaian tur show-nya di Asia dan Australia membawa vokalis baru Jon Davison yang menggantikan vokalis sebelumnya Benoit David yang dikabarkan sakit saat menggelar tur di Eropa. Soal kualitas suara, barangkali karakter vokal Davison tidak akan mengecewakan sebagai pengganti suara sang legenda, karena mantan vokalis kelompok progressive rock asal Amerika ‘Glass Hammer’ itu memang mirip Anderson, bahkan Joano pernah menjadi vokalis kelompok band tribute Yes, ‘Roundabout’ pada tahun 2009.
Kecuali Anderson, Yes akan tampil full team. Penggemar di Indonesia masih bisa menikmati cabikan bas Chris Squire yang atraktif, alunan gitar klasik gaya Steve Howe, gebukan dari legenda drum Alan White dan permainan kibornya Geoff Downes. Melihat formasi yang sekarang bisa dipastikan warna Yes klasik era awal kejayaannya akan mewarnai musiknya nanti saat tampil di panggung. Downes sendiri pernah gabung dengan Yes di akhir era 70-an dan awal 80-an.
Bagi penggemar yang "menangi" kejayaan mereka di awal 1980-an, ketika Yes "diharubiru" oleh permainan gitar distorsif dari Trevor Rabin, harap maklum jika kemungkinan besar lagu-lagu hit di album 90125 (1983), Big Generator (1987) dan Talk (1994) tidak akan muncul. Paling-paling cuma hit Owner Of the Lonely Hart yang kerap dibawakan Yes sepeninggalan Trevor Rabin dalam tur-tur mereka.
Mesti demikian publik Indonesia pantas berbangga karena menjadi negara Asia setelah Jepang yang disinggahi Yes dalam tur mereka di Asia dan Australia April tahun ini. Menurut promotor Variant Entertainment, awalnya Indonesia bahkan tidak tercantum dalam daftar, namun akhirnya Jakarta dimasukkan sebagai tempat singgah tur yang juga mempromosikan album baru mereka Fly From Here yang dirilis 2011 lalu itu. Pada laman resminya, dalam tur Australia dan Asia sepanjang bulan April mendatang Yes akan tampil di Auckland, Perth, Melbourne, Sydney, Tokyo, Osaka dan Jakarta pada 24 April.
Kedatangan kelompok Yes menambah deretan panjang musisi, artis atau group band papan atas dunia yang singgah dan menjajal tampil di publik Indonesia tahun ini, sebut saja mulai dari Katy Perry, Linkin Park, David Foster, Stevie Wonder, Earth Wind and Fire, Lady Gaga serta Dream Theater untuk menyebut beberarapa nama besar. Indonesia kini tampaknya telah menjadi tujuan tur show kelompok musik papan atas dunia.
Menyaksikan salah satu pionir rock klasik itu beraksi kita memang harus rela merogoh kocek dalam dalam. Pasalnya, tiket yang dijual oleh promotor Variant Entertainment jauh-jauh hari sudah dibanderol Rp 900.000 hingga Rp 5 juta rupiah untuk "pre-sale" saja. Setelah itu, harga tiket bisa mencapai kisaran Rp 1.5 juta hingga Rp 9 juta. Tidak murah memang, namun buat mereka yang ngefans berat dengan Yes angka itu masih dalam jangkauan, apalagi Yes dijanjikan akan menggeber setidaknya 22 lagu dalam pertunjukannya nanti.
Yes merupakan satu di antara kelompok-kelompok musik yang mengusung genre progressive rock (ada juga yang menyebutnya sebagai art rock). Genre yang mulai berkembang pada akhir dekade 60-an dan mencapai masa jayanya pada tahun 70-an ini menggabungkan elemen-elemen rock, jazz dan musik klasik. Beberapa nama besar pengusungnya adalah Yes, King Crimson, Pink Floyd dan Genesis dari sekitar tahun 1969, Rush dan Marillion, dan terakhir Dream Theater dari 80-an.
Laman Wikipedia mencatat setidaknya ada beberapa ciri yang biasanya dapat ditemui dalam karya-karya mereka, yakni ritme yang tidak konvensional, penguasaan alat musik yang mahir dengan permainan solo yang rumit, dan lagu-lagu yang panjangnya melebihi normal (lebih dari 5 menit, biasanya sekitar 12-20 menit atau bahkan lebih), maka tak heran musik mereka tergolong rumit dan diperlukan energi ekstra untuk menikmatinya.
Jadi tidak heran ketika Trevor Rabin mencoba memoles gaya Yes dengan sentuhan pop rock yang kental dalam 90125 pada 1983, album itu menuai sukses di pasar. Penggemarnya mengglobal dan Yes mulai menuai puncak popularitasnya di panggung musik dunia. Album itu laris manis, tak kurang terjual 6 juta keeping, dan menjadi album terlaris dalam sejarah Yes. Nomor-nomor hitnya seperti Owner of the Lonely Hart, Changes, Cinema, It Can Happen menjadi buah bibir kala itu. Bahkan band Grass Rock asal Surabaya kerap menyanyikan lagu Yes kala manggung.
Namun kesuksesan ternyata juga membawa mala. Karena tak puas dengan gaya pop rock ala Amerika yang diusung Trevor Rabin, sejumlah anggota lama yang konsisten dengan jalur <>classic progressive rock-nya memilih hengkang dan membentuk formasi baru. Jon Anderson, Bill Bruford, Rick Wakeman, dan Steve Howe hengkang dan membentuk ABWH yang diklaim mengusung gaya Yes yang asli. ABWH sempat menelurkan album dengan judul Anderson Bruford Wakeman Howe dan meraih cukup simpati. Tapi pada tahun 1991, dua kelompok yang "berpisah" itu melakukan reuni dan menelurkan album Union.
Yes memang termasuk band yang kerap berganti personil. Tak kurang 17 musisi terlibat dalam sejarah perjalanan Yes dari awal hingga kini. Hanya pemain bas Chris Squire yang tetap setia dan terus memperkuat Yes, sementara lainnya keluar-masuk. Sepanjang 44 tahun berkarier musik, mereka telah merilis 19 album studio, 10 album live, 32 album kompilasi dan 33 single.
Formasi terakhir yang akan manggung di Jakarta termasuk yang masih cukup menjanjikan. Orang-orang lama minus Jon Davison menjadi jaminan penampilan Yes dengan classic sound-nya. Pecinta nomor klasik Yes bisa menikmati permainan gitar klasik Steve Howe ditambah alunan suara Jon Davison (anggap saja suara Jon Anderson).
Sedangkan pecinta Yes yang lebih "ngepop", silakan berharap Howe mau memainkan nomor andalan seperti Owner of the Lonely Hart yang biasanya dimainkan sebagai encore di beberapa tur shownya. Berani taruhan, jika benar lagu itu dimainkan, tepuk tangan pasti akan lebih menggema dibandingkan nomor sebelumnya.
Zarqoni Maksum
pewarta foto dan penikmat musik
(Foto: Yes saat konser di Indianapolis 30 August 1977 -- Rick Dikeman)
Pewarta: Zarqoni Maksum | Editor:
Disiarkan: 18/03/2012 19:28