Juru Kunci Neraka dan Sayonara Marwijk
Pelatih De Oranje Bert Van Marwijk mencoba berjalan dengan tegar ke lapangan hijau Stadion Metalist, Kharkiv, Ukraina begitu wasit Niccola Rizzoli dari Italia meniupkan peluit panjang, empat menit ekstra setelah waktu normal berakhir. Dia meninggalkan asisten setianya, Philip Cocu, mantan bintang Oranye dan Barcelona, yang seolah kelu, duduk terpaku di bench. Mark Van Bommel, kapten yang tak lagi diturunkan sejak laga kedua Belanda, memeluknya dari samping seraya menepuk bahu Marwijk dan membisikkan kata-kata penghiburan sebelum merelakannya berjalan ke lapangan hijau, arena pembunuhan timnya. Marwijk menghampiri satu persatu anak-anak asuhnya yang selama ini ditempa dengan caranya yang ortodoks. Terlihat mimiknya meredam keperihan yang kali ini harus ditanggungnya sendirian sebagai pemimpin strategi timnas Belanda yang gagal total dalam Piala Eropa kali ini. Finalis Piala Dunia 2010 itu dikoyak kekalahan tiga kali secara beruntun dan harus menerima kenyataan sebagai juru kunci grup neraka sampai empat tahun ke depan.
Ini momentum yang menyiratkan perpisahan Marwijk yang sebelum ini dapatlah dikatakan salah satu pelatih Belanda yang cukup sukses, dengan gayanya sendiri. Kamera terus menyorot sosoknya dalam balutan blazer hitam dan kemeja putih, yang seolah paham bahwa sikapnya menyalami semua yang berpapasan dengannya di lapangan hijau barangkali adalah detik-detik penghabisan baginya sebagai pelatih timnas Belanda yang bertaburkan bintang, namun tak pernah berpendar, terkubur dalam lapangan hijau Ukraina yang selama ini menjadi markas De Oranje. Sesekali dalam medium shot kamera, Marwijk tertegun menatap ke arah fans Belanda yang hatinya pilu teriris sembilu. Sementara kakinya masih menjejak hamparan savana rumput hijau Stadion Metalist yang selama ini menjadi arena pembuktian strategi sepakbola pragmatisnya yang ternyata gagal.
Taktik yang selama ini dianutnya akhirnya bertuah membunuh dirinya, karena pada saat Belanda mencoba kembali ke khitah permainannya yang terbuka demi raihan tiga poin, semuanya telah menjadi bubur. Meski hingga menit ke-11 Belanda tampaknya bakal bersinar setelah gol indah Rafael Van Der Vaart yang menerima assist Arjen Robben di sektor kiri pertahanan Portugal. Dengan sabar dan determinasi tinggi, Portugal mencari celah dan mengadopsi taktik Marwijk untuk menghabisi tim Oranye. Gol kedua Ronaldo di menit ke-74 setelah menerima umpan silang dari Nani dalam sebuah serangan balik khas Belanda yang amat cepat, akhirnya mengakhiri asa De Oranye, meskipun Jerman telah membuka pintu selebar-lebarnya dengan menaklukan Denmark 2-1.
Sebelum laga yang mencuatkan kembali Cristiano Ronaldo sebagai bintang yang menikam Belanda, presiden KNVB Bert Van Dostveen memang telah menyatakan segera meninjau status kepelatihan Van Marwijk meskipun dia masih memiliki kontrak hingga Piala Eropa berikutnya. Tampaknya, sesuai dengan karakternya, Van Marwijk akan mengambil keputusan perkasa, yakni mengundurkan diri sebelum KNVB memecatnya. Setelah Belanda gugur, maka tamat sudah aroma Belanda di Piala Eropa kali ini. Apalagi Dick Advocaat bersama tim Rusia yang memimpin grup A harus tersingkir secara tragis dan menyerahkan tempat mereka untuk Yunani, tim paling tak menarik di delapan besar Piala Eropa kali ini.
Minggu malam (Senin dinihari WIB) itu sungguh kelabu bagi tim Belanda yang jauh-jauh hari diramalkan bakal lolos ke babak kedua bersama Jerman. Pertanda perkabungan sebenarnya sudah tampak saat anak-anak Belanda memasuki lapangan dengan mengenakan seragam "away" berwarna hitam. Warna oranye yang menjadi simbol kebesaran Kerajaan Belanda hanya terlihat pada nama dan nomor punggung pemain, serta sepotong garis melintang seperti selendang, di dada kanan pemain. Keren memang secara desain dan fesyen. Tapi warna dasar hitam tetaplah simbol belasungkawa dalam perkabungan.
Kekalahan Belanda sesungguhnya telah diduga sebelumnya. Namun regulasi UEFA mengatur sedemikian rupa head-to-head. Tujuannya agar setiap kesebelasan yang berlaga dipastikan berjuang hingga detik terakhir laga grup mereka. Seandainya Belanda unggul dua gol atas Portugal semalam, maka tim Oranye yang bakal melenggang ke perempatfinal bersama Jerman, meninggalkan Portugal dan Denmark yang lebih baik dari Belanda. Malam sebelumnya, Rusia, pimpinan klasemen sementara grup A dan tim yang atraktif, harus tersingkir oleh kesebelasan negatif macam Yunani. Namun begitulah sepakbola sebagai permainan. Advocaat dengan jantan tak menggubris peraturan yang merugikan timnya dan mengucapkan selamat untuk Yunani karena melenggang ke delapan besar. Dengan buyarnya mimpi Belanda dan yang lebih tragis, tumbangnya Rusia, maka tinggal dua tim yang dinanti kedatangannya untuk bergabung sebagai delapan besar Eropa.
Dinihari nanti, laga hidup-mati antara Spanyol, Italia dan Kroasia juga bakal berlangsung di Grup C, satu kontestan lainnya, Republik Irlandia, telah mengangkat bendera putih. Italia-lah yang beruntung, karena hanya butuh satu poin saja dari laga melawan tim lemah Irlandia. Sementara juara bertahan Spanyol masih harus bertarung melawan Kroasia yang jelas akan bertarung mati-matian karena masih punya peluang yang sama. Yang jelas, Vicente del Bosque adalah pelatih yang melarang pemain untuk jumawa karena bintang dunia harus menjejak bumi dan selalu bersekutu untuk meraih bintang di langit. Dan dia mengerti benar betapa tim keren seperti Rusia, Belanda, Denmark dan Swedia dapat tersingkir dari babak penyisihan Piala Eropa. Karenanya tak bakal ada keajaiban bagi Kroasia untuk meraih satu tempat di delapan besar, kecuali Irlandia mampu meledakkan Italia dan kata anak-anak muda gaul: "mimpi kali ye?".
oscar motuloh
penikmat sepakbola
Foto: Pelatih Belanda Bert van Marwijk saat timnya bertanding melawan Portugal dalam laga terakhir Grup B Piala Eropa 2012 di stadion Metalist, Kharkiv, (17/6). (Reuters/Yves Herman)
Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:
Disiarkan: 18/06/2012 15:56