Sang Napoleon dan Respect yang Meredup

Lupakan dulu statistik yang membingungkan. Bersiaplah menikmati tarung penghabisan seluruh grup Piala Eropa 2012 yang akan diawali oleh dua laga di Grup A yang panas dan mulai Minggu dinihari nanti digelar pada waktu yang bersamaan. Semua tim di grup yang berangotakan Rusia, Yunani, Rep Ceska dan tuan rumah Polandia masih berpeluang sama untuk melaju ke babak selanjutnya. Stadion Nasional Warsawa akan menjadi arena yang mempertemukan tim favorit Rusia vs Yunani, sementara di Stadion Municipal Wroclaw bertarung tuan rumah Polandia melawan Rep Ceska. Dua duel tersebut pastinya berdarah-darah karena dua di antara mereka bakal tersungkur dan harus angkat koper lebih awal menemani Republik Irlandia dan Swedia yang gugur lebih dahulu. Rusia sementara memimpin grup ini, tapi sepakbola selau penuh misteri. Tak ada kepastian sebelum laga berakhir.

Sebelum laga, para pengamat menganalisis grup ini adalah kumpulan tim boring. Namun setelah kita menyimak seluruh laga di seluruh grup, maka grup A ternyata mewakili semangat juang dan kreativitas pertandingan yang menghibur penonton. Tim Yunani barangkali yang tidak termasuk dalam kategori itu.

Rusia malah bisa dikatakan tim terbaik sejauh ini. Mereka memainkan pola ofensif 4-3-3, seperti yang dianut Barcelona dan tim Belanda sebelum periode Bert Van Marwijk. Dipimpin oleh pelatih kawakan eks bos timnas Belanda, Dick Advocaat, Rusia menjadi tim atraktif, keren dan penuh gairah. Yang jelas mereka memainkan sepakbola ofensif jauh lebih total ketimbang tim Belanda yang luarbiasa melempem dan tinggal menunggu angkat koper dengan wajah tertunduk menanggung malu. Tak percuma Advocaat sempat menjadi asisten sang Sphinx alias Rinus Michels, yang ideologi ofensifnya tak lekang dimakan waktu.

Advocaat adalah figur yang jiwanya sehati dengan Michels. Yang setia memainkan sepakbola indah tapi mematikan. Yang membangun kekuatan tim dengan konstruktif dan penuh disiplin. Pemain Rusia menyeganinya, karena mereka bangga dilatih oleh Sang Napoleon. Alan Dzagoev, penyerang yang bintangnya melejit dalam dua laga Rusia menyebutkan bahwa apa yang dibangun Advocaat dengan kerja keras, sekarang mulai berbuah. Tak ada kerjasama yang mematikan tanpa hubungan personal antar pemain yang saling menghormati dan dibuktikan dengan kesetiakawanan yang tinggi. Setiap pemain harus rela berkorban atas taktik dan strategi demi kejayaan tim. Itu yang dirasakan Dzagoev sejak ditangani Advocaat. Sang Napoleon pasti belajar dari pengalaman profesionalnya ketika melatih tim Piala Dunia Belanda 1990, yang penuh bintang berbakat namun hatinya arogan dan sangat individualis. Persis seperti tim Belanda sekarang.

Hanya Rinus Michels yang sanggup, dan kegagalan itu membuat Advocaat mundur sebagai pelatih timnas dan menyimpan bara itu untuk membangun satu tim yang karakternya bakal dibangunnya kelak. Wasiat Michels itulah yang sekarang terlihat dalam tim Rusia sekarang. Mereka adalah kuda hitam Piala Eropa 2008, yang ketika itu ditangani Guus Hiddink. Sejak tongkat estafet diserahkan pada Advocaat, maka tim itu menjadi semakin menakutkan dan orang mulai berpikir jangan sampai mereka berjumpa terlalu cepat dengan Spanyol ataupun Jerman.

Untuk itulah, Rusia harus menjuarai Grup A dengan mutlak, sebab Jerman dan Spanyol tampaknya akan menjadi raja di grupnya masing-masing sehingga mereka akan saling terhindar. Dinihari nanti Rusia akan kembali berhadapan dengan Yunani yang tak lagi setangguh dulu. Tim para dewa yang dalam kondisi puncaknya sekalipun, telah ditaklukan Rusia.

Grup D adalah grup diesel. Kecuali tuan rumah Ukraina yang bermain lepas, maka Perancis, Inggris, dan Swedia ekstra hati-hati pada laga perdana mereka. Kekalahan Swedia atas Ukraina membuat pertarungan antara tim Trio Singa vs anak-anak Viking menjadi begitu terbuka dan nikmat untuk ditonton. Sebelumnya, stadion Donbass Arena Donetsk sempat terendam akibat hujan badai yang melanda, sehingga wasit Björn Kuipers asal Belanda terpaksa menghentikan sementara laga yang baru memasuki menit ke empat.

Laga kedua di grup D ditandai dengan gugurnya dua tim Biru-Kuning. Yang pertama tuan rumah Ukraina yang menyerah 0-2 saat melawan Perancis, yang kini mulai menemukan ritme permainannya. Yang kedua tim Biru-Kuning milik Swedia, yang turun melawan Inggris dengan keharusan merebut tiga poin penuh agar mereka dapat terus berlaga ke babak selanjutnya. Sayang, permainan ofensif mereka gagal menuai hasil positif. Meskipun sempat tertinggal satu gol, namun Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan berhasil membalik keadaan dengan keunggulan 2-1. Sampai Roy Hodgson memasukkan Theo Wallcott yang berhasil mengubah semangat laga tim Inggris dan bangkit untuk menang secara dramatis 3-2.

Gol terakhir Danny Wellbeck, striker Manchester United-lah yang mengirim Swedia untuk berkemas lebih cepat dan menonton sisa pertandingan dari televisi di rumah masing-masing. Ibra memperlihatkan mimik tak percaya bahwa mereka telah tersingkir dari Piala Eropa 2012. Di Stadion Nasional Kiev, Ibra hanya dapat terpekur merenungi nasib. Pada menit ke-59, saat tim Viking melakukan selebrasi karena sundulan bek veteran Olof Mellberg berhasil menyentuh jala Joe Hart. Ibra sempat mendatangi kiper muda Inggris tersebut dan menyampaikan serapah ataupun intimidasi yang tak perlu dilakukan oleh bintang sekawakan Ibra. Hart tampak cuek dan membiarkannya seperti angin lalu. Ibra lalu berlari kembali ke garis tengah, untuk merayakan keunggulan 2-1 dengan teman-temannya, seraya membereskan letak ban kapten di lengan kirinya yang bertuliskan besar-besar: "Respect". Sampai kemudian wasit Damir Skomina, meniupkan peluit panjang dan Ibra harus menerima kenyataan bahwa tim sekuat Swedia harus segera meninggalkan Ukraina karena Inggris berbalik unggul 3-2.

Kampanye anti rasis yang dilakukan UEFA, tertuang dalam "Respect" yang melekat di ban kapten setiap tim. Bukan hanya rasisime yang dilakukan penonton kepada pemain, namun juga pelatih-pemain-ofisial-penonton dan seterusnya. Dalam sikap yang menjadi inti dari sepakbola, dia menjadi yang kita kenal sebagai karakter. Perilaku jumawa, kasar, vulgar, hooligan, gila hormat, pencitraan yang tak perlu, juga termasuk dalam spektrum rasisme.

Apa yang sesungguhnya dilakukan Ibra adalah mengenang perang ludah antara Rudi Voeller yang memang kontroversial dengan gelandang kalem Frank Rijkaard di Piala Dunia 1990, atau tandukan Zidane di Piala Dunia 2006. Untuk itulah kata "Respect" hadir. Kegagalan Belanda, mungkin tetap berkaitan dengan kata "Respect" yang tak ada lagi di hati. Dalam keseharian di lingkungan kerja dan gaul kita, "respect" alias "penghormatan" sesungguhnya adalah kata kunci. Dia menjadi landasan toleransi dan dalam skala nasional menjadi perekat pluralisme alias kemajemukan yang sekarang tengah dibiarkan berada di selokan di nadir jauh di bawah sana.

oscar motuloh
penikmat sepakbola

Foto: Penyerang Danny Welbeck merayakan golnya ke-3 Inggris saat laga Grup D Piala Eropa 2012 melawan Swedia di stadion Olympic, Kiev (15/6). (Reuters/Darren Staples)

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 16/06/2012 19:38