Blues untuk Les Blues
Dua gol dari Xabi Alonso membuat Laurent Blanc harus menggiring ayam-ayam jantan tak bertaji-nya kembali ke kandang di Stade de France di pinggiran Paris. Melalui laga yang bisa dikatakan lamban dan cenderung membosankan, Prancis tampak belum pulih benar dari kehancurannya disembelih Swedia pada laga penutup grup D tempo hari. Faktor absennya Phillipe Mexes tampak mempengaruhi pergerakan anak-anak "Les Blues" yang sudah tertinggal satu gol pada menit ke-19, gara-gara tandukan Alonso yang meneruskan umpan silang bek kiri Jordi Alba dari bola terobosan Andres Iniesta setelah menyelusup di antara gelandang-gelandang Prancis.
Memperoleh kartu kuning yang tak perlu saat melawan Swedia membuat bek sentral Philippe Mexes harus absen dalam laga versus Spanyol dan menyerahkan posisi rawan tersebut pada debutan Laurent Koscielny yang sehari-hari bermain untuk Arsenal. Dari posisi duel itulah Alba menusuk, melewati Koscielny yang terpeleset saat mencoba menghadang bek kiri La Furia Roja yang licin itu. Kemudian terjadilah umpan maut tadi yang ditanduk Alonso dengan jitu, melewati kiper Hugo Lloris dan bek kiri Gael Clichy yang mencoba menghalau bola yang terlanjur meluncur deras terarah ke pojok atas tiang jauh.
Blanc di bench dan anak-anak Les Blues tampak sangat terpukul oleh gol yang tak terduga itu. Padahal Blanc telah memoles sektor pertahanan Prancis dengan saksama akibat absennya Mexes. Tempat yang ditinggalkan bek sentral yang tangguh itu diisi Anthony Reveillere yang juga debutan tim dan kelak melakukan blunder di penghujung laga. Koscielny digeser ke posisi bek sayap di kanan yang biasanya dikawal Mathieu Debuchy yang dinihari tadi disorong ke tengah bareng Yohan Cabaye untuk mengalirkan suplai ke lapangan tengah yang dihuni Franck Ribery, Florent Malouda dan Yann M'Villa yang tak berdaya berhadapan dengan sektor tengah Spanyol meski mereka juga tak dalam top form. Samir Nasri yang mencetak satu gol saat melawan Inggris malah diparkir di bench.
Selain faktor Swedia dan Mexes, Prancis sejatinya tersingkir lebih karena kekeliruan Blanc menerapkan taktik yang memprioritaskan pertahanan. Seolah-olah Les Blues berlaga hanya demi adu penalti. Tak ada aliran oksigen yang dihembuskan dari lapangan tengah untuk menggairahkan Karim Benzema sebagai ujung tombak, sehingga dia akan tercatat dalam sejarah Piala Eropa sebagai salah satu striker bintang yang tak mampu mencetak satu golpun sepanjang turnamen, khususnya di partai penentuan melawan Spanyol yang secara statistik belum pernah menang atas Prancis secara kompetitif. Di atas segalanya Prancis layak kalah, karena tak terlihat ada spirit dan jiwa yang melandasi permainan mereka yang monoton.
Usai gol Alonso, Prancis seolah limbung dan tak lagi pernah bangkit untuk menutup defisit. Sementara Spanyol memilih menurunkan tempo permainan dengan bertiki-taka di lapangan tengah sembari mengintip jika ada kesempatan menusuk ke jantung hatinya Lloris. Praktis hanya tiga peluang positif yang diperoleh Fernando Torres yang masuk menggantikan Cesc Fabregas dan Santi Cazorla yang menggantikan Andres Iniesta. Sampai Pedro yang memanfaatkan peluang ketiga pada extra time, namun diganjal bek sentral Reveillere sehingga wasit asal Italia Nicola Rizzoli menunjuk titik putih yang memberi kesempatan Alonso untuk menambah pundi gol-nya tepat pada saat dia mencapai cap ke-100 bersama timnas Spanyol.
Stadion Donbass bergemuruh menenggelamkan tiupan panjang peluit wasit Rizzoli dan segala rupa rekor-rekor yang tercatat dalam statistik. Di bench terlihat wajah murung Blanc yang telah berupaya keras mempersatukan generasi baru kesebelasan Prancis pasca pemberontakan internal timnas Piala Dunia 2010 yang menumbangkan Raymond Domenech dari tampuk pelatih tim ayam jantan itu. Blanc masih gagal. Dengan mata kosong tampak dia melihat ke arah jam raksasa di tribun yang di bawahnya para fans Spanyol bergembira seraya membentangkan spanduk besar bertuliskan salam sayonara bagi Prancis, ADIEU FRANCE.
Senin dinihari nanti kita akan menjadi saksi tim mana gerangan yang akan menemani Prancis memuat bagasi untuk pulang kandang, Italia atau Inggris? Italia tampaknya berada di pinggir jurang. Tentu bukan karena seragam kebesaran "Gil Azzuri" adalah biru, seperti yang dikenakan anak-anak Les Blues, dan bukan pula karena jasa Spanyol yang menariknya ke delapan besar, tapi lebih disebabkan karena Inggris tampil lebih baik sepanjang turnamen paling bergengsi di Eropa ini. Inggris lebih berhasil meramu tim dengan mayoritas pemain-pemain muda. Fans Inggris yang gemar membentangkan poster besar bertuliskan "In Roy We Trust" pastilah lebih optimis ketimbang media Inggris yang tak menduga tim Tiga Singa telah berjalan sejauh ini. Karenanya, biarlah mereka melangkah hingga ke tujuannya di partai semifinal. Karena final idealnya tetaplah Spanyol vs Jerman.
oscar motuloh
Foto: Pelatih Prancis Laurent Blanc (Reuters/Charles Platiau)
Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:
Disiarkan: 24/06/2012 18:43