Dari Tiki-Taka ke Tito-Tata

Setelah pelatih gaek Jupp Heynckes memutuskan pensiun untuk berlibur dan menikmati hidup, maka kisah sepakbola seperti siap menuai badai. Liga primer Inggris musim ini tak lagi diwarnai dengan kharisma dominan seorang Fergie yang begitu kuat pengaruhnya. Jaman David Moyes segera dimulai, tapi tunggu, tak semudah itu Manchester United menembus batas pencapaian Fergie. Pasalnya sang Special One telah kembali di singgasananya, Chelsea. Kali ini untuk masa bulan madu yang kedua. Klub kaya raya Real Madrid segera meminang mantan pelatih PSG, Carlo Ancelotti, untuk menggantikan Jose Mourinho, membuat peta sepakbola Eropa seperti kompas yang tak lagi diperlukan untuk menentukan arah. Sekarang sepakbola sudah menyangkut rasa, arah tak lagi dibutuhkan. Tapi cita rasa memang selalu memegang peranan terpenting dalam pergerakan tim sepakbola modern.

Badai yang berhembus itu memang hanya melintas dalam waktu, tapi begitu mengejutkan. Dia menghembus bak angkara yang memuntahkan sejuta beliung. Khususnya di arena Camp Nou, markas besar bekas klub sepakbola terbaik di dunia. Saat itu presiden klub Sandro Rosell dengan terbata mengumumkan pengunduran diri Tito Vilanova karena alasan kesehatan. Tito yang berdiri di samping Rosell tampak tenang seperti biasanya. Sebelum melempar senyum dingin dan melambai ke arah pers yang berkerubung. Topan badai itu baru mereda tiga hari kemudian, saat Barcelona, menurut koran sepakbola paling berpengaruh di Spanyol, Marca, Senin (22/7) telah memutuskan menyewa Gerardo Tata Martino, mantan pelatih Newell's Old Boys dan timnas Paraguay untuk menggantikan Tito.

Sekarang utusan Barca, Direktur Olahraga Andoni Zubizerreta dan pejabat terkait Raul Sanlehi, tengah terbang ke Buenos Aires untuk berbicara langsung dengan Tata, pelatih yang kurang dikenal bagi pencinta sepakbola Eropa. Keputusan itu berarti melenyapkan harapan Luis Enrique, Ronald Koeman, Michael Laudrup, Andre Villas-Boas, Frank Rijkaard, bahkan Marcelo Bielsa, mantan pelatih Argentina yang sempat cemerlang menangani Athletic Bilbao dan kebetulan juga pernah melatih Newell's Old Boys. Kemarin, begitu pengunduran diri Tito diumumkan, Heynckes sempat digosipkan akan masuk ke Barca, namun pelatih gaek yang pernah memenangi Liga Champions saat menangani Real Madrid itu dengan lantang menyatakan menolak tawaran karena belum tertarik untuk kembali melatih tim sepakbola manapun saat ini.

Jika Tata bersedia melatih Barca, maka dapat dipastikan Lionel Messi yang juga warga Argentina dan sama-sama kelahiran kota Rosario, tetap akan menjadi pemain terpenting di Barca dan mendudukkan Neymar sama seperti peran Bebeto dalam timnas Brasil yang kala itu mengandalkan Romario sebagai penyerang utama dan tokoh sentral Selecao yang kemudian menjadi juara World Cup 1994. Tata adalah mantan gelandang yang piawai membaca peta di lapangan. Dia dikenal sebagai pelatih yang sangat menikmati permainan menyerang Barca, karena sesuai dengan karakternya. Saat menangani Old Boys dan juga timnas Paraguay, Tata mulai dikenal dalam kancah pelatih-pelatih yang mengedepankan sepakbola menyerang. Sayangnya pergantian ini berlangsung hanya beberapa hari setelah polemik antara presiden Rosell dan pelatih terbesar yang dimiliki Barca sepanjang sejarah, Pep Guardiola, setidaknya menyangkut kondisi kesehatan Tito.

Setelah pengunduran diri Tito, mantan asisten Pep ini melepaskan surat terbuka yang intinya menyampaikan terima kasih kepada klub, presiden dan pengurus, kru, pemain dan para fans yang selalu setia mendukungnya. Dalam surat terbuka sepanjang tujuh alinea yang disebarkan melalui situs resmi Barca, Tito menuliskan bahwa kondisi penyakitnya membuatnya harus memutuskan untuk meninggalkan profesi yang amat dicintainya. Dia menyatakan akan bertarung di arena medis untuk mengalahkan penyakitnya. Tito berharap semua pihak yang mencintai Barcelona juga sudi menguatkannya melawan kanker airliur yang dideritanya. Di penghujung suratnya Tito menuliskan, "Ini merupakan masa tersulit bagiku, kiranya dapat menghormati dan mengerti. Begitu berhenti sebagai pelatih, aku berharap dapat memperoleh ketenangan dan privasi yang sangat aku dan keluargaku butuhkan. Aku berharap pelatih yang baru untuk tim terbaik di dunia ini kiranya akan sukses. Terimakasih. –Tito".

Tito yang kini beroleh simpati luas dari publik sepakbola dunia segera menikmati kebebasannya untuk berkumpul dengan keluarganya tercinta yang bertekad untuk merawatnya, tanpa gangguan wawancara dan kilatan lampu kilat para kuli tinta yang terkadang agresif. Belum diketahui komentar musuh bebuyutan siapa saja, Mou, yang pernah bertikai dengan Tito di lorong stadion Camp Nou dan sempat menyolok mata pelatih Barca yang sangat "cool" dan santun itu, seraya membantah sambil berkata sinis "Siapa itu Tito? Yang saya kenal adalah Pito (bersiul)". Atau juga komentar sahabatnya di akademi La Masia, Pep, yang dituding Rosell tak memiliki rasa setia kawan karena hanya sekali menjenguk Tito yang sangat memerlukan dukungan moril kala dirawat di rumah sakit AS. Pep yang merasa terpojok oleh tuduhan Rosell hanya dapat berkilah bahwa Rosell adalah presiden Barca yang buruk karena selalu menekan dirinya dengan memanfaatkan penyakit yang diderita Tito.

Barca memang belum secara resmi mengumumkan pemilihan pengganti Tito, namun Marca, begitu juga dengan pers Argentina dan Messi sangat yakin bahwa keberangkatan dua pejabat teras Barca ke Buenos Aires tersebut adalah untuk membicarakan secara detil dan teknis keputusan mereka menggaet Tata sebagai pengganti Tito. Mantan pelatih Old Boys era 1980-an, Jorge Raul Solari, yang dijuluki El Indio (Sang Indian), berkomentar kepada Marca bahwa dia tak heran jika Tata melatih Barca. "Dia memiliki visi, karena dia dulu adalah gelandang serang yang paham peta permainan dan sangat cerdas untuk membacanya. Dia tipikal pemain dan saat menjadi pelatih di kemudian hari Tata tak banyak berubah. Dia tetap pribadi sepakbola yang ofensif". Yang jelas, kepada pers Tata terus terang menyatakan bahwa dia selalu tergila-gila pada tiki-taka, sebutan bagi permainan umpan pendek menawan yang dimainkan Barca dan berimbas pada timnas Spanyol yang indah tapi mematikan. Tito boleh pensiun, tapi Tata harus segera membuktikan bahwa Barca memang bukan sekadar klub.

oscar motuloh
penikmat sepakbola

Foto: Tito Vilanova (REUTERS/Gustau Nacarino)

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 23/07/2013 05:48