Senandung Orang-Orang Pinggiran

Di markas besar yayasan World Press Photo (WPP) di Amsterdam, Kamis sore (12/2), Ketua Dewan Juri kontes WPP 2015, Michelle McNally mengumumkan foto karya Mads Nissen yang mengangkat panorama dunia gay di Rusia sebagai karya foto terbaik dunia sepanjang tahun 2014. Nissen (36 tahun) bekerja sebagai staf fotografi di Koran Denmark, Politiken. Dari materi 9 kategori para pemenang yang terhimpun dari penyelenggaraan kontes ke 58 ini, terkesan pemilihan karya Nissen menjadi simbol representasi juri internasional perihal penindasan kaum minoritas dan orang-orang yang terpinggirkan dalam peta sosial politik yang terjadi di seputaran dunia sepanjang tahun kuda yang penuh dengan kejutan, darah dan airmata.

Foto berjudul "Jon & Alex" yang dibuat Nissen di St.Petersburg, Rusia, pada Mei 2014 tadi, dipetik dewan juri dari foto tunggal terbaik kategori Contemporary Issue. Dalam kategori itu, masih ada satu foto tunggal bernada serupa. Imaji yang dimaksud merupakan karya Fulvio Bugani yang dipetiknya di Indonesia. Diberi judul "Waria: Being Different Muslim", karya Bugani yang kerap bekerja dengan LSM global (termasuk Amnesty International dan MSF, Dokter Tanpa Batas) itu meraih pemenang ketiga kategori Contemporary Issue yang mengangkat kisah tentang Shinta Ratri (53 tahun). Dia adalah seorang aktivis LGBT (lesbian, gay, bisex dan transgender) dan pendiri Islamic Boarding for Transgender atau Pesantren Waria di Yogyakarta.

Karya menyentuh dari pewarta foto Turki, Bulent Kilic, yang bekerja untuk AFP hadir juga sebagai representasi dari penindasan terstruktur oleh militer Turki. Diberi judul "Istanbul Protest" pada 12 Maret 2014, karya Kilic memperlihatkan ekspresi seorang perempuan muda dalam suatu kerusuhan menyusul prosesi pemakaman Berkin Elvan, yang wafat akibat unjuk rasa besar menentang pemerintah Erdogan. Kekuatan foto ini diganjar sebagai pemenang utama dalam kategori Spot tunggal. Bilic juga memenangi posisi ketiga dalam kategori yang sama dengan karya "Air Strike on IS Militans" di desa Yumurtalik, di Sanlurfa, Turki.

Sementara tiga pemenang foto cerita dari kategori Spot News menampilkan kekuatan yang merata dan kuat. Ada Jerome Sessini (Perancis, Magnum khusus untuk majalah Time "Crime Without Punishment") yang meraih juara pertama dengan bencana pesawat maskapai penerbangan MH 17 di Ukraina dan masih di posisi kedua atas namanya sendiri "Final Fight for Maidan", Kiev, Ukraina.

Dan yang istimewa justru di posisi ketiga, diabadikan pewarta foto kantor berita Iran, IRNA, Arash Khamooshi, yang mengisahkan rangkaian karya dari rentetan imaji terpidana mati, Balal, yang beberapa saat lagi akan dieksekusi dengan hukuman gantung. Pada waktu yang sangat krusial, ibu dari korban yang dibunuh Balal datang ke lokasi eksekusi dan memaafkan perbuatannya. Balal dengan mata tertutup tampak begitu emosi saat jiwanya terselamatkan.

Kategori General News (tunggal) mengemukakan karya Sergei Ilnitsky dari EPA yang meraih penghargaan pertama dengan foto-foto dramatis tentang serangan mortir di Donetskm Ukraina, namun tak memperlihatkan korban atau kekerasan verbalnya. Pendekatan yang dipilih Ilnitsky sangat sederhana. Dia menampilkan foto atas benda benda yang berserakan dan percikan darah pada gordin di kawasan dapur rumah penduduk. Namun refleksi kekerasan dan sia-sianya suatu perang menjadi lebih terasa. Suatu karya elegan yang menyiratkan penolakan terhadap perang. Pada foto ceritanya, Peter Muller (AS) dari Prime untuk National Geographic, meraih yang terbaik dengan "The viral Insurgent: Ebola di Sierra Leone".

Masih ada kategori Sports (tunggal) yang diraih Bao Tailiang, staf Chengdu Economic daily, dengan karya "The Final Game", sementara Kieran Doherty (foto cerita) dari Irlandia, mencuplikkan adegan dari lapangan tennis Wimbledon. Juga Daily Life (tunggal) petikan Chai Sheng Xiang, China, "Environmental Art Design. The Bull Market", di provinsi Sichuan, China. Serta Michele Palazzi (foto cerita), Italia Contrasto, yang menampilkan "Black Gold Hotel". Kategori Portraits tunggal diraih Raphaela Roselia, Australia, dan Sofia Valiente, AS, dengan "Miracle Village".

Fotografer China lagi-lagi meraih yang terbaik dalam kategori Nature (tunggal). Dia adalah Yongshi Chu dengan karya "Monkey Training for a Circus". Sementara foto ceritanya direbut Anand Varma, dari AS, yang dipetikannya khusus buat National Geographic "Vegetables With Attitude-carnivorous Planets of the World" yang luarbiasa detilnya dengan focal length 100.0 mm pada f-stop 16.0. Sementara pada kategori baru (proyek Jangka Panjang atau Long-Term Project) tiga foto cerita disajikan oleh Darcy Padilla, AS, Agence Vu "Family Love 1993-2014". Lalu "Side Effect" yang dibuat fotografer Kacper Kowalski, dari Polandia serta Lu Guang, China, dengan "Development and Pollution in Ten Years".

Sementara Sandra Hoyn (39), fotografer lepas yang tinggal di Hamburg Jerman, menjadi pemenang ketiga untuk kategori Nature dengan karya "Indonesia's Last Orangutans". Hoyn mengabadikan operasi penyelamatan Angelo, orangutan berusia 14 tahun, yang wajahnya terkena tembakan senapan angin warga di Sumatran Orangutan Conservation Program Center, Sumutera Utara. Orangutan juga adalah simbol satwa minoritas yang hidupnya sangat terancam sejak lahan yang menjadi habitat mereka mulai dirambah industri kehutanan, yang bernama minyak kelapa sawit.

Dalam berkembangnya karakter bangsa-bangsa dan sikap masyarakat internasional yang cenderung konservatif, maka baiklah kita simak kembali karya pilihan dewan juri WPP kali ini yang cenderung akan mengundang pro-con dalam warga dunia. McNally menyebut karya Nissen sebagai "suatu sejarah bagi sebentuk imaji yang berpotensi untuk menjadi ikonik", sementara anggota juri, Alessia Glaviano, editor foto senior majalah fashion Vogue Italia, berkomentar "foto pemenang jelas memperlihatkan pesan tentang cinta. Dia adalah jawaban yang relevan dikaitkan dengan konteks apapun yang terjadi di dunia. Ini adalah tentang cinta, sekaligus sebagai isu global. Foto ini bukan sekadar menyampaikan aspek homeseksual, tapi juga tentang kesetaraan, gender, hitam, putih dan segala hal yang berkaitan dengan minoritas". Ketika dunia harus menyudutkan warga dan komunitas minoritasnya sendiri ke jurang marjinal, maka pers visual wajib hadir untuk mengingatkan dunia, betapa pentingnya mengamputasi kekerasan dan kedengkian, dari muka bumi kita.

oscar motuloh
Galeri Foto Jurnalistik Antara

Foto: Halaman depan situs wordpressphoto.org yang menampilkan foto pemenang World Press Photo 2015

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 13/02/2015 16:29