Dian Itu Akhirnya Padam

Beberapa kilometer di pinggiran kota St. Louis, Missouri, berdiri sebuah klub kecil bernama "Blueberry Hill". Dengan eksterior ala bar dan resto di kawasan mid-west negeri Paman Sam, papan nama klub berwarna biru itu menggantung horisontal, menjorok sekitar satu setengah meter di atas kepala warga yang lalu lalang di bawahnya. Dilengkapi neon sign yang melintang hingga ke batas jalan raya, di ruang bagian dalamnya terdapat satu panggung yang terkenal sebagai "Duck Room". Tentunya panggung itu tak mengacu pada kuliner ala Mandarin, melainkan untuk menghormati gaya "duckwalk"-nya Charles Edward Anderson, salah satu legenda rock 'n' roll yang pernah hadir di planet bumi ini.

Di pentas pinggiran kota ibukota negara bagian Missouri itu, arsitek musik rock 'n' roll sejati, Chuck Berry --begitu nama pentasnya dikenal-- memainkan riff gitar mengiringi suara renta di usia senjanya. Seorang kolumnis musik AS, Brian Passey, di "the Spectrum" bersaksi bahwa Chuck masih tampil di pentas bersama tiga rekannya, pada 15 Oktober 2014, dengan antusiasme seakan-akan dia masih belia. Meskipun tertatih, Chuck yang mengenakan pet kapten kapal berwarna putih, mencoba memperagakan gaya orisinilnya, "duckwalk" ketika meluncurkan hit awalnya, "Maybellene", pada khalayak yang gemuruh memberi applause.

Pada temaram karirnya, Chuck, secara berkala hadir dan konsisten memainkan rock 'n' roll yang dia bidani kelahirannya. Brassey, sengaja menjejak klub itu untuk melihat pertunjukan Chuck di masa tua secara langsung untuk pertama kalinya. Rupanya, event medio Oktober itu adalah penampilan terakhir Chuck di hadapan publik yang kali ini menikmati musiknya seraya menyantap hidangan makan malam. Dalam suatu laman komunike resmi keluarga dan juga pihak kepolisian setempat, legenda itu akhirnya mangkat dalam usia 90 tahun, setelah tak sadarkan diri setelah menyantap makan siang pada Sabtu, pukul 13.26 waktu setempat, di rumahnya di St. Charles, St. Louis.

Chuck Berry adalah legenda sekaligus ikon kebanggaan St. Louis, kota pesisir sungai Mississippi yang tersohor sekaligus tempat dia dilahirkan pada 18 Oktober 1926. Sejak bocah dia telah tertarik mendengarkan, menikmati dan memainkan musik. Chuck muda sempat bekerja di bidang otomotif yang digelutinya dengan serius. Dalam mengembangkan rencana masa depannya, Chuck bersahabat dengan musikus blues kenamaan T-Bone Walker dan kemudian juga Muddy Water. Dari mereka jiwa musikalitas Chuck terbentuk dan mengakar dan menginspirasi para musikus rock pada detik ini.

Riff yang dikembangkan Chuck, digali dari ayunan riang Bob Wills & Texas Playboys yang meluncurkan hitnya "Ida Red" (1936), digabungkan dengan cuplikan gitar blues ala T-Bone Walker dan kemudian tentunya Muddy Waters. Sebagai pemuda berdarah Afro Amerika yang hidup di lingkaran masyarakat kulit putih yang masih rasis saat itu, hidup terasa lebih sulit karena lingkungan yang tak bersahabat. Namun akibat pergaulannya dengan musikus blues yang menjadi simbol dan muara perlawanan itu, jiwa musikalitas Chuck menjadi matang dan menemukan outlet yang tepat melalui jalur pilihannya, jalur musik cadas.

Kepada produser Leonard Chess, pemilik studio rekaman Chess yang terkenal itu, T-Bone memperkenalkan Chuck sebagai permata yang tak lagi perlu diasah. Rekomendasi itu membawa Chuck Berry meluncurkan single pertamanya, "Maybellenne", pada bulan Juli 1955. Dengan petikan gitar yang unik, vokal Chuck mengalun dalam komposisi yang menghentak dalam tempo cepat, sekencang lirik kebut-kebutan antara Maybellene dan kekasihnya yang pencemburu. Maybellene
dalam lirik dikisahkan mengendarai Cadillac Coupe DeVille, sementara kekasihnya mengendarai V8 Ford.

Maybellene, terekam dalam cakram vinyl single (45 rpm dan 78 rpm, mono), Chess Record, dengan durasi 2:19 menit, sementara sisi B mengalun satu komposisi slow-blues, Wee Wee Hours, yang kini menjadi salah satu nomor standar dalam blantika blues global. Maybellene seketika menjadi fenomena, dia menduduki puncak tangga lagu-lagu Billboard dalam sejumlah kategori. Satu musikus jenial telah hadir di panggung musik dunia. Chuck telah hadir sebagai arsitek rock 'n' roll dalam generasi rasis yang tengah menyembah dunia otomotif, musik dan seksualitas.

Maybellene, why cant you be true?
Oh Maybellene, why cant you be true?
You've started back doing the things you used to do


Tak jauh dari wilayah Chuck, di persimpangan selatan St. Louis, tepatnya di Memphis Tennesee, seorang musikus remaja, seperti pemuda kulit putih sebaya lainnya, yang mendengarkan musik Chuck secara diam-diam, juga tengah tergila-gila pada Maybellene. Bahkan dari pengakuan sang bintang di kemudian hari, Maybellene adalah inspirasi utama yang mendorong kreativitasnya hingga diri menekuni musik rock 'n' roll. Belia kulit putih yang kelak menjadi raja rock 'n' roll itu adalah Elvis Presley.

Elvis Presley (8 Januari 1935-16 Agustus 1977), kemudian hadir dan meraih supremasi dengan single, "Hound Dog". Dalam periode pendek, Elvis telah menduduki singgasana rancangan Chuck. Dengan ketampanan dan talenta yang melekat pada dirinya, Elvis merajai blantika rock 'n' roll yang kejam, sampai serangan dari Inggris datang dan melahirkan wabah baru bernama Beatles, Rolling Stones, Animal dan seterusnya.

Sementara dalam tahun-tahun berjalan Chuck merilis hitnya semacam "Johnny B. Goode", "My Ding A Ling", "You Can Never Tell", "Rock and Roll Music", "Sweet Little Sixteen", "Memphis Tennessee", "School Day", "Back in the USA", "Brown Eyed Handsome Man" dan "Roll Over Beethoven". Komposisi Chuck kemudian menjadi fundamen prinsipil bagi kelompok rock yang mekar dan berkembang setelah dia menebar benih pembaharuan.

Tak hanya Beatles, Rolling Stones, Animals, Cream, Doors, Who, Led Zeppelin, dan musikus-musikus rock segenerasinya, termasuk Stray Cats dan Michael Jackson, selanjutnya mengakarkan kreativitasnya pada garis kreativitas spritual Chuck Berry. Chuck selalu tampil perlente, dengan jelly yang merekatkan rambut afronya. Dia selalu tampil ciamik. Atraksi panggungnya, khususnya "duckwalk", kemudian menjadi ciri yang menjadi merek dagangnya.

"Duckwalk" adalah sebentuk atraksi panggung saat dia mengayunkan jemari di atas dawai gitar listrik Gibson dan Gretch favoritnya. Seraya merapatkan kedua paha, satu kaki dimajukan ke depan sementara kaki lainnya terlipat ke belakang, menirukan gerak itik, adegan itu selalu membuat penonton bergemuruh menyambut atraksi konser Chuck yang selalu bergelora.

Di "Blueberry Hill", dalam pentas penghabisan itu, Chuck tetap memperlihatkan semangat bak masa jayanya. Namun, tubuh jangkungnya yang ringkih, tak lagi kuat menumpukan semangat yang dimilikinya. Apalagi pneumonia telah lama diidapnya.

Meskipun pihak keluarga belum bersedia mengungkapkan penyakit yang menyebabkan kematiannya, namun Chuck dapat menutup matanya dengan bahagia. Karena apa yang dirintisnya telah mekar dan bertumbuh lebih dari sekadar dunia. Karena kebahagian dan perdamaian yang dikumandangkan dalam refleksi musikalitas para penerusnya akan selalu hadir dan memenuhi cakrawala yang lebih luas dari permukaan planet bumi. Planet yang semakit sempit, penuh kebencian, anyir darah dan aroma mesiu.


oscar motuloh
penikmat musik rock

Foto: Chuck Berry 1957 (Wikimedia Commons)

Pewarta: Oscar Motuloh | Editor:

Disiarkan: 20/03/2017 19:38