GELIAT PETANI LERENG GUNUNG KELUD
Tanaman Stroberi tumbuh rapi di halaman rumah-rumah penduduk, ada yang disusun ke atas dengan bantuan papan kayu dan ada juga yang digantung menghiasi pagar bambu. Sementara di sudut lain terlihat aktivitas warga melakukan pengayakan campuran dedaunan busuk dan kotoran ternak untuk mendapatkan kompos dengan tekstur halus sebagai bahan baku pupuk organik.
Tak hanya tanaman Stroberi yang tumbuh di area perkampungan ini, di pekarangan rumah warga yang lain terdapat pula tanaman sayur mayur seperti Sawi, Slada, Cabai, dan Tomat yang tumbuh subur. Nyaris tak ada halaman rumah yang kosong, semua nampak hijau nan asri.
Itulah selintas gambaran Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kedir, Jawa Timur. Di desa yang terletak di lereng gunung Kelud dengan ketinggian 360 meter di atas permukaan laut tersebut berdiri 4 kelompok tani dengan masing-masing kelompok memiliki anggota rata-rata berjumlah 65 kepala keluarga yang telah berkomitmen memaksimalkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman holtikultura dengan pemakaian pupuk organik.
Erupsi gunung Kelud awal 2014 silam yang mengakibatkan aktivitas pertanian lumpuh sementara karena lahan tertimbun pasir membuat warga sadar bahwa mereka sebagai petani sangat tergantung dengan alam. Memaksimalkan lahan yang ada dan mengunakan pupuk organik ramah lingkungan adalah solusi yang dipilih warga agar kehidupan mereka sebagai petani tetap terjaga. Mereka rutin mengadakan pertemuan yang terwadahi di dalam kelompok tani, mengadakan pelatihan dan berdiskusi mengenai tata cara bertani secara organik di pekarangan rumah.
Kini setelah hampir dua tahun erupsi gunung Kelud, Desa Babadan mulai bersolek menjadi desa organik. Warga sudah terlatih menjadi petani yang cerdas dan tangguh untuk memaksimalkan potensi yang ada. Tak ada petani yang dipusingkan oleh kelangkaan pupuk kimia, karena ternak-ternak dan tumbuhan di sekitar mereka merupakan "pabrik" pupuk organik yang tiada habisnya. Kebutuhan konsumsi sayur mayur sehari-hari sudah tersedia di samping rumah yang terjamin sehatnya. Kesulitan penjualan buah stroberi segar disiasati dengan membuka wisata Petik Buah dan juga melakukan pengolahan lanjutan buah stroberi menjadi sirup dalam kemasan kedap udara yang awet dan lebih mudah untuk dipasarkan.
Foto dan Teks: Prasetia Fauzani
Pewarta: Prasetia Fauzani | Editor:
Disiarkan: 13/12/2015 13:00