ULOS : IDENTITAS, BUDAYA DAN FASHION
Ulos adalah kain tenunan tradisional khas Batak. Menurut legenda yang hidup ditengah suku Batak, terdapat tiga sumber kehangatan di dunia yakni matahari, api, dan ulos.
Secara harfiah, ulos merupakan kain yang menghangatkan tubuh dan melindungi diri dari terpaan udara dingin.
Nenek moyang suku Batak, dahulu tinggal di kawasan pegunungan, sehingga ulos dipakai untuk menghangatkan tubuh.
Dalam prosesi kebudayaan, ulos sering dijumpai seperti pertunjukan tor-tor. Tak hanya dalam pertunjukan kebudayaan, kain ulos juga digunakan dalam acara-acara besar seperti pernikahan, kelahiran dan upacara kematian.
Desa Lumban Suhi-Suhi, Pulau Samosir, kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, merupakan salah satu tempat yang sering dijumpai pembuatan kain tenunan khas Batak tersebut.
Seiiring waktu, pembuatan dan penjualan ulos kini dapat diperoleh di kawasan lain di luar Pulau Samosir, yakni di Kota Medan, ibukota provinsi Sumatera Utara.
Pusat pasar Medan salah satu tempat penjualan ulos. Warga maupun wisatawan bisa membeli ulos ditempat tersebut. Tidak hanya untuk dipakai, melainkan sebagai oleh-oleh penanda pernah mengunjungi daerah di Sumatera Utara.
Kini, ulos tak hanya digunakan pada acara adat budaya, melainkan sebagai pakaian sehari-hari maupun pekerja kantor.
Kain tenunan yang didesain menjadi baju, rok maupun jas, mulai dikembangkan oleh beberapa perancang busana.
Pagelaran busana berbahan ulos karya para desainer diberbagai tempat bahkan dihotel berbintang sebagai salah satu langkah untuk melestarikan kain khas Batak tersebut.
Ulos telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, perkembangan zaman dan kepedulian masyarakat menjadikan ulos dikenal masyarakat luas bahkan mendunia.
Foto dan Teks: Irsan Mulyadi
Pewarta: Irsan Mulyadi | Editor:
Disiarkan: 21/02/2016 13:00