MELESTARIKAN KERBAU RAWA PAMPANGAN
Sekilas tak ada yang menarik dari kumpulan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis carabauesis) yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Banyuasin. Namun siapa sangka, kerbau ini merupakan salah satu aset nasional dari tujuh rumpun kerbau asli milik Indonesia. Di provinsi Sumatera Selatan, kerbau-kerbau ini dikenal sebagai Kerbau Pampangan, karena penyebarannya hanya meliputi Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI dan Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin yang merupakan sentra pengembangbiakan kerbau rawa tersebut.
Kerbau rawa memiliki ciri khas dengan kulitnya yang sangat tebal dan berbulu hitam dengan kepala besar dan telinga panjang serta tanduk cenderung melingkar ke arah belakang. Badannya berbentuk siku ke belakang dengan temperamen tenang dan relatif tahan penyakit. Kerbau rawa juga bisa mencari makanan di dalam air. Ada beberapa jenis kerbau rawa yang ada di Desa Rambutan Kabupaten Banyuasin tersebut. Kerbau rawa biasa yang memiliki warna hitam, Kerbau Rawa belang yang memiliki dua warna di tubuhnya hitam dan putih (harga Kerbau Rawa belang dewasa tersebut dapat mencapai Rp60 juta), dan Kerbau Rawa Bule yang memiliki warna putih kemerahan.
Kegunaan ternak kerbau ini sebagian besar sebagai penghasil daging dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai ternak pekerja. Sedangkan susu kerbau hanyalah produksi sampingan sesaat ketika kerbau itu sedang menyusui. Masyarakat Pampangan dan beberapa kecamatan di sekitarnya juga tidak terbiasa mengkonsumsi susu segar yang dihasilkan kerbau rawa, karena sifatnya yang tidak bisa disimpan lama. Di daerah itu juga belum terdapat teknologi pengolahan hasil sebagai susu segar seperti pasteurisasi dan pengepakan. Rasa susu kerbau dan kandungan lemak yang tinggi juga menyebabkan masyarakat kurang meminatinya. Karena itulah produksi susu kerbau di Sumatera Selatan lebih banyak berupa hasil olahan seperti 'gulo puan', 'sagon puan', minyak kerbau dan ‘dadih'. Namun, hasil olahan dari susu kerbau itu popularitasnya semakin meredup sejalan dengan maraknya produk olahan dari ternak sapi.
Sama seperti kerbau lainnya, pakan kerbau pampangan ini sangat mudah yakni rumput liar yang tersedia sepanjang tahun di daerah rawa. Kerbau Pampangan dipelihara secara tradisional, yaitu pada malam hari dikandangkan secara berkelompok, sedangkan pada siang hari digembalakan di daerah rawa-rawa.
Populasi ternak ini dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Hingga saat ini populasi kerbau rawa Pampangan ini diperkirakan hanya tinggal 3.623 ekor.
Ada tiga faktor yang menyebabkan penurunan populasi kerbau Pampangan ini yaitu manajemen pemeliharaan yang belum mendukung produktivitas ternak yang optimal, ketersediaan pejantan yang kurang memadai, dan terjadinya pengurasan ternak yang berlebihan. Menanggapi hal tersebut pemda setempat menyiapkan berbagai program untuk pengembangan dan pelestarian kerbau Pampangan antara lain kebijakan tata ruang dan wilayah yang berpihak pada pengembangan kerbau, penyediaan sarana-prasarana, pelaksanaan inseminasi buatan maupun kawin alam, kajian-kajian ilmiah dengan melibatkan akademisi, program pelatihan dan pembinaan terhadap kelompok tani, serta pemberdayaan masyarakat setempat melalui program sarjana membangun desa.
Foto dan Teks: Nova Wahyudi
Pewarta: Nova Wahyudi | Editor:
Disiarkan: 25/02/2016 01:00