MIMPI SEORANG PENDIDIK DI TUMPUKAN KARDUS BEKAS
"Sejatinya tak perlu menunggu kaya baru bisa berbagi dengan sesama di sekitar kita. Karena rasanya akan sangat luar biasa saat orang yang kita bantu akan tersenyum bahagia dengan bantuan kita. Meskipun sebenarnya kita juga sedang kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidup kita".
Yoseph Blikololong (58) seorang pemulung yang berasal dari Lembata dan hidup besar dan berkeluarga di Kupang ini membangun dua buah sekolah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) gratis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dan anak-anak gelandangan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Sekolah PAUD yang diberi nama Peduli Kasih itu terpaksa menempati rumahnya yang sederhana di Kompleks STIBA, jalan Timor Raya kilometer 6, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima.
Sementara SMP yang diberi nama Surya Mandala Kupang itu ia sewa empat ruangan bekas taman kanak-kanak, milik salah seorang pengusaha di Kota Kupang dengan bayaran Rp12 juta selama setahun.
Dua sekolah itu menampung siswa yang berasal dari latar belakang keluarga yang tak mampu dari segi ekonomi alias miskin. Sejumlah anak jalanan, penjual koran, pencari besi tua, penjual keresek di pasar, hingga kondektur angkutan kota bersekolah tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Yoseph membangun PAUD Peduli Kasih tahun 2007 lalu. Awalnya jumlah siswa mencapai 60 orang, tetapi terus berkurang dan saat ini hanya 20 anak saja.
Sementara untuk SMP Surya Mandala dibangun tahun 2011, dengan jumlah siswa awalnya 60 anak, namun angkanya terus bertambah hingga kini berjumlah 80 siswa.
Di sekolah PAUD, hanya ada satu orang tenaga pengajar yang digaji setiap bulannya Rp200.000. Sementara di SMP, terdapat 9 tenaga pengajar, termasuk satu orang kepala sekolah. Para guru ini diberi honor Rp100.000 per bulan, sedangkan kepala sekolah Rp200.000 per bulannya.
“Sebenarnya kita tidak sebut itu sebagai gaji, tapi hanya uang transport buat para guru ini. Mereka semua bekerja secara ikhlas dan membantu para siswa kurang mampu ini," ujarnya.
Kesehariannya sebagai pemulung atau pengumpul kardus-kardus bekas juga tetap ia tekuni hingga saat ini. Dalam sehari saja ia bisa mendapatkan bayaran sebesar Rp100.000 - Rp200.000 tergantung banyaknya hasil memulungnya.
Bahkan dari hasil mulungnya sejak 2002 ini ia juga bisa mengumpulkannya untuk menambah biaya kuliahnya di salah satu Universitas di Kupang, dan berhasil mendapat gelar sebagai Sarjana Hukum akibat ketekunannya.
Satu harapannya adalah bisa memiliki sebuah lahan kosong agar bisa membuat asrama dan sekolah, sehingga anak-anak kurang mampu di pulau terluarpun bisa ia tampung di sekolah miliknya tersebut.
Foto dan Teks: Kornelis Kaha
Pewarta: Kornelis Kaha | Editor:
Disiarkan: 24/03/2017 23:00