LEBIH DEKAT DENGAN KONSERVASI GAJAH RIAU

Seorang mahout bersama gajah Sumatera menuju area penggembalaan di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seorang mahout membersihkan rumput kering di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Sejumlah gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seekor gajah Sumatera belajar atraksi mengangkat pawang dengan belalainya di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seorang mahout memeluk gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seekor gajah Sumatera jantan di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Gajah Sumatera memakan buah nanas yang berisi obat cacing di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Dokter hewan memasukkan obat cacing ke buah nanas untuk gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seorang mahout memeriksa kesehatan mulut gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Sejumlah mahout memandikan gajah Sumatera di sungai yang mengalir di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seorang mahout memandikan gajah Sumatera di sungai yang mengalir di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Seorang mahout menjabat belalai gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau.
Sejumlah pawang (mahout) mengendarai Gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau.

Konflik gajah dengan manusia di Sumatera, khususnya di Provinsi Riau cukup tinggi karena gajah bagi sebagian besar orang masih dianggap sebagai hama. Ledakan populasi manusia dan kebijakan pemerintah yang mengatasnamakan pembangunan, membuat hutan sebagai habitat gajah Sumatera makin menciut lebih cepat dari yang diprediksi.

Data dari Forum Konservasi Gajah Indonesia menyebutkan, populasi gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) menurun drastis hingga 70 persen dalam kurun 20-30 tahun terakhir dan diperkirakan tinggal sekitar 1.970 ekor pada 2013 karena ancaman kehilangan habitat hutan, konflik dengan manusia serta perburuan gading.

Pusat Konservasi Gajah (PKG) di daerah Minas, Kabupaten Siak, Riau, menjadi suaka kecil untuk kelangsungan hewan yang terancam punah itu. PKG Riau merupakan sebuah unit di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, yang merupakan badan di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Keberadaan suaka gajah yang dahulu bernama Pusat Latihan Gajah (PLG) Riau itu mengalami pasang-surut sejak awal dibentuk sekitar tahun 1988. Lokasi pertama kali di Sebanga, Kabupaten Bengkalis, namun terpaksa tiga kali pindah tempat karena tingginya konflik dengan masyarakat setempat.

Pada 2001 PLG Riau mulai menempati lokasi sekarang yang berada di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim II, Siak. Saat ini ada 16 ekor gajah Sumatera yang ada di tempat itu, 11 di antaranya merupakan gajah jantan.

Sebagian gajah di PKG awalnya merupakan gajah liar yang diselamatkan. Mereka setiap hari terus dipantau kesehatannya oleh sekitar 30 pawang (mahout) dan tenaga medis, bahkan rutin tiap tiga bulan diberi obat.

Gajah tersebut kini jinak, bahkan ada yang pandai beratraksi dan akrab dengan manusia. Kelompok gajah tersebut juga kerap diterjunkan ke lapangan ketika terjadi konflik manusia dengan gajah liar.

Berbagi ruang untuk satwa bongsor itu sebelumnya seakan hanya sebuah fantasi, namun harapan itu akan terus dijaga di PKG Riau.


Foto dan Teks: FB Anggoro

Pewarta: Fb Anggoro | Editor:

Disiarkan: 29/03/2018 04:00