KISAH PENAMBANG KOTA
Tumpukan barang rongsok terlihat di dalam sebuah truk besar pada sebuah tempat penampungan, bahan limbah elektronik itu merupakan barang rongsokan elektronik bekas yang biasa dijumpai di rumah, perkantoran atau paling tidak di tempat servis elektronik.
Barang-barang itu merupakan peralatan elektronik yang telah menjadi limbah, ironisnya jenis limbah ini mengalami pertumbuhan sangat cepat. Bahkan United Nations Environment Programme (UNEP) PBB mencatat sampah elektronik di dunia bertambah 40 juta ton per tahun. Hal itu disebabkan karena barang elektronik memiliki umur operasional dan juga sikap konsumtif manusia yang selalu ingin produk-produk baru.
Namun dari limbah yang berbahaya bagi lingkungan itu, ternyata ada material berharga disamping metal dan plastik, antara lain perak, paladium, platina, rutenium, bahkan emas. Material berharga inilah yang mendorong munculnya "penambang kota", alias pencari sampah elektronik (e-waste) yang mencari emas dan material berharga lainnya dengan mengolah limbah itu.
Penambang kota mencari limbah elektronik seperti televisi dan perangkat keras komputer, bagian komponen yang dicari terutama adalah bagian konektor dan kontak pada papan sirkuit karena mengandung emas yang berfungsi sebagai komponen penghantar listrik pada perangkat bertegangan rendah atau arus rendah. Data dari majalah Wired menunjukkan bahwa satu unit telepon selular rata-rata diperkirakan mengandung 0,2 gram emas, umumnya terdapat pada kartu SIM, papan logic dan komponen-komponen di balik layar LCD.
Seorang penambang kota di Jakarta menceritakan bahwa mereka mencari limbah di pembuangan sampah, datang ke pengepul barang rongsok atau ikut dalam lelang barang-barang elektronik yang dijual sebuah perusahaan. Setelah itu mereka memisahkan komponen yang ada kandungan emasnya.
Emas diambil dengan cara membakar komponen yang mengandung emas, dibakar untuk memisahkan dari komponen plastik, setelah itu diproses dengan menggunakan bahan kimia yaitu asam klorida, hidrogen peroksida dan merkuri. Setelah berhasil dilucuti bagian emasnya kemudian dilelehkan dengan bahan kimia berupa borak. Untuk mendapatkan 99,9 persen emas murni harus dilakukan proses pemurnian dengan menggunakan cairan air keras guna memisahkan elemen logam lain yang masih menempel pada emas tersebut.
Setelah melalui proses kurang lebih 2-3 hari maka bisa didapat 99,9 persen emas murni dan dapat diolah kembali menjadi perhiasan dengan nilai jual yang tinggi.
Foto dan Teks: Muhammad Adimaja
Pewarta: Muhammad Adimaja | Editor:
Disiarkan: 03/05/2018 02:00