MENGENAL TENUN IKAT TROSO

Perajin melakukann proses "Nyepul" atau memindahkan benang dari kelos atau tempat benang ke dalam sepulan kecil di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukann proses "Nyepul" atau memindahkan benang dari kelos atau tempat benang ke dalam sepulan kecil di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukan proses menenun mengunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukann proses "Nyepul" atau memindahkan benang dari kelos atau tempat benang ke dalam sepulan kecil di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukann proses menjemur benang seusai pewarnaan sebelum kain ditenun di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukan proses "Nyelup" atau memasukkan benang ke dalam cairan pewarna di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukan proses "Nyolet" atau memberi warna tambahan pada benang sebagai variasi warna di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukann proses "Ngeteng" atau memindahkan benang dari kelos yang diatur sedemikian rupa ke dalam bingkai menjadi bentuk untaian di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukann proses "Ngeteng" atau memindahkan benang dari kelos yang diatur sedemikian rupa ke dalam bingkai menjadi bentuk untaian di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukan proses menenun mengunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin melakukann proses "Nali" atau mengikat bagian tertentu pada benang untuk menghasilkan motif saat pewarnaan di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin menunjukkan motif kain Tenun Ikat Troso yang sudah selesai diproduksi di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.
Perajin menunjukkan kain Tenun Ikat Troso yang sudah selesai diproduksi di Desa Troso, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah.

Kabupaten Jepara Jawa Tengah selain terkenal dengan kerajinan seni ukir dan Pulau Karimunjawa sebagai destinasi wisata lautnya yang sudah terkenal hingga ke Mancanegara ternyata masih menyimpan daya tarik yang lain, yakni kerajinan kain tradisional tenun ikat Troso di Desa Troso kecamatan Pecangaan.

Tenun ikat Troso sudah dimiliki oleh warga Desa Troso sejak tahun 1935 bermula dari alat tenun gedog warisan turun-temurun kemudian sekitar tahun 1943 mulai berkembang menjadi alat tenun pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATMB) hingga saat ini.

Berbagai motif dihasilkan dari perajin tenun ikat Troso seperti motif Sutra, Rangrang, Rajut, Endek, Skaf dan motif Kalimantan. Harga per potong kainnya bervariasi dari harga Rp135 ribu hingga Rp500 ribu untuk kain katun dan Rp500 ribu hingga Rp3 juta untuk jenis kain sutra. Harga kain tenun Troso ini lebih mahal dibandingkan batik cap karena tenun Troso ini dibuat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Pasar utama tenun ikat Troso saat ini adalah Pulau Bali yang hampir 80 persen hasil kerajinan dipasarkan di Pulau itu dan sisanya ke beberapa kota seperti Yogjakarta, Jakarta, Solo dan Pekalongan. Bahkan sebagian besar produk tenun ikat Bali yang di ekspor adalah hasil buah tangan masyarakat Desa Troso.

Saat ini masih ada kurang lebih 6.000-an perajin yang terus berjibaku untuk mempertahankan keberadaan nya di tengah berbagai kesulitan yang menderanya, di antaranya sulitnya bahan baku karena masih harus diimpor dari India. Masalah lainnya adalah minimnya minat generasi muda untuk menjadi penerus sebagai perajin kain tradisional itu, mereka lebih suka bekerja di pabrik-pabrik yang bermunculan di daerah itu, sehingga dikhawatirkan akan menyulitkan keberlangsungan kerajinan khas itu di masa depan.


Foto dan Teks: Yusuf Nugroho

Pewarta: Yusuf Nugroho | Editor:

Disiarkan: 27/05/2018 18:00